Senin, 17 Februari 2020

PROYEK TEROWONGAN SILATURRAHMI DAN SIMBOL PENDANGKALAN AQIDAH KAMI


*Oleh : Abu Afra*
_t.me/AbuAfraOfficial_

Presiden Joko Widodo mengatakan bakal ada terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta. Dua tempat ibadah besar ini sebetulnya hanya berjarak selemparan batu.

"Ini menjadi sebuah terowongan silaturahmi. Jadi tidak kelihatan berseberangan, tapi silaturahmi," kata Jokowi saat meninjau renovasi Masjid Istiqlal, Jumat (7/2/2020) lalu. Ketika itu Jokowi didampingi Menteri Agama Fachrul Razi dan Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.

Menurut koran TEMPO, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyetujui pembangunan Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral. Jokowi berharap penghubung di bawah tanah ini diharapkan menjadi simbol bagi kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

Beberapa respon mulai bermunculan setelah itu.  Diantaranya dari MUI Jatim yang menyayangkan adanya proyek tersebut.

Rencana proyek pembangunan terowongan Istiqlal-Katedral dikecam MUI Jatim. Proyek tersebut adalah hal yang sia-sia dan justru akan menambah masalah.

"Negeri ini sudah banyak masalah, jangan ditambah lagi. Proyek itu tidak ada gunanya," ujar Ketua Umum MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori kepada detikcom, Senin (17/2/2020).

Hidayatullah.com- Aliansi Ulama Madura (AUMA) dan Aliansi Ulama Tapal Kuda (AUTADA) menentang rencana Presiden Joko Widodo membangun terowongan penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta Pusat.

Sekretaris AUMA Kiai Fadholi Ruham mengatakan, meskipun rencana pembangunan terowongan Masjid Istiqlal-Gereja Katedral itu tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan para ulama ini, tetapi pihaknya menolak keras rencana tersebut.

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berharap pemerintah lebih mewujudkan toleransi yang hakiki bukan simbolisasi fisik seperti terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral itu.

"Kalau menurut saya, yang dibutuhkan sekarang itu bukan silaturahmi dalam bentuk fisik dengan terowongan tapi yang diperlukan itu silaturahmi dalam bentuk infrastruktur sosial di mana pemerintah ini secara sungguh-sungguh membangun toleransi yang autentik, toleransi yang hakiki, bukan toleransi yang basa-basi," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, di kantornya, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Senin (10/2/2020).

Kalau kita perhatikan rupanya yang menginspirasi adanya proyek terowongan silaturrahmi ini adalah konsep toleransi beragama yang dianut oleh negara ini.  Toleransi yang tidak memiliki standar yang jelas sehingga cenderung memiliki ukuran yang nisbi.

Toleransi berubah bentuk menjadi sinkritisme agama.  Berlanjut pada pendangkalan aqidah ummat Islam dan kemerosotan iman.

Dampaknya munculnya berbagai hal yang nyeleneh di masyarakat dalam mewujudkan toleransi agama ini.  Salah satu contoh kasus teraktual seperti   yang terjadi di Magetan, Jawa Timur. 

Ketika ada seorang beragama katolik meninggal.  Orang Katolik tersebut dikenal sangat baik, dermawan dan suka menolong tanpa memandang apapun agama orang yang ditolong. Kaum muslimin disana berhadir ke rumah yang bersangkutan dan berkumpul untuk mendoakan 40 hari kematian sang penganut katolik dengan cara Islam yang biasa dilakukan oleh warga nahdhiyin.  Ini kan sudah kelewat batas kewajaran.  Masa orang Islam mendoakan keselamatan bagi orang kafir yang sudah jelas mati dalam kekafiran.

Semua bermuara pada adanya konsep kebebasan berkeyakinan yang dianut oleh ideologi sekularisme kapitalis.  Inilah yang menjadikan batas-batas agama dianggap penghambat kemajuan.

Lalu dibuatlah program dialog-dialog antar agama, dengan maksud dan tujuan mencari titik temu masing-masing agama dengan agama lainnya. Gagasan semacam ini jelas bukanlah berasal dari Islam.

Bahkan tidak ada asal usulnya sama sekali di dalam Islam.  Justru akan kita temukan gagasan semacam ini dari peradaban Barat.  Penggagasanya adalah orang-orang barat kafir.

Diantaranya menurut catatan sejarah, pertama kali muncul secara internasional pada tahun 1932.  Ketika itu Prancis mengutus delegasinya untuk bertemu para Ulama di Universitas Al Azhar Kairo.  Misi yang mereka bawa adalah penyatuan tiga agama yaitu  Islam, Kristen dan Yahudi. 

Untuk menindaklanjuti gagasan ini maka diselenggarakanlah sebuah konferensi pada tahun 1933.  Konferensi ini dihadiri oleh para misionaris dan orientalis dari berbagai universitas yang ada di barat.

Konferensi demi konferensi terus diselenggarakan sampai kurun waktu 70 atau 80 an.  Setidaknya ada belasan konferensi yang dilaksanakan.

Yang paling menonjol adalah konferensi dunia II untuk agama Islam di Belgia. Konferensi ini dihadiri 400 delegasi dari berbagai agama.

Dari berbagai konferensi yang diadakan sampai sekarang muncul lah beberpa justifikasi dan rekomendasi.  Diantara yang pertama kali muncul adalah, perang melawan kekufuran bernama atheisme.  Kemudian perang melawan radikalisme agama yang membawa ajaran truth claim (monopoli claim kebenaran).  Lalu mengembangkan paham moderat dan pluralisme agama.

Diantara rekomendasi yang muncul dari program dialog antar agama ini adalah, pemaknaan ulang beberapa istilah baku di dalam agama.  Seperti istilah kafir, syirik, dan sebagainya demi menghindari konflik atau sesuatu yang dianggap sebagai pemecah belah persatuan.

Selanjutnya adanya upaya mencari titik temu masing-masing agama.  Terutama tiga samawi yang ada seperti Islam, Kristen dan Yahudi.  Dari sinilah kelak lahir pluralisme agama.

Selain itu diupayakan adanya rekonstruksi sejarah dan kurikulum pendidikan agama. Demi menghindari permusuhan antar agama.  Maka muncullah penghapusan dan perubahan beberapa hukum syariat.  Seperti Khilafah dan Jihad.

Lalu dibuatlah isu utama yang perlu digaungkan bersama semacam demokrasi, HAM, Feminisme dan anak pinaknya dari paham sekularisme.  Maka jelaslah bagi kita bahwa ini program Barat untuk melemahkan dan menjauhkan Islam dari ummatnya.

Dikemas dan dipoles sedemikian rupa dengan dalih dialog antar agama dan toleransi agama.  Sejatinya adalah program pendangkalan akidah dan jebakan menuju kekufuran.

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS al-Baqarah [2]: 120

Padahal hubungan antara kaum muslimin mereka adalah hubungan dakwah ilal Islam. Misinya adalah bagaimana mengajak dan menampakkan Islam kepada mereka. bukan malah mencari titik temu antar agama.

Tugas mulia mendakwahi mereka yang belum memeluk Islam telah dilakukan pendahulu kita semenjak 14 abad yang lalu.  Hal ini terus dilakukan karena kewajiban yang telah Allah SWT telah tetapkan di dalam Al Qur'an.

Lihatlah firman Allah SWT semisal pada QS. An Nahl : 125 :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

_Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk._


Dalam shahih Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkirim surat kepada Heraclius (Raja Romawi). Surat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibawa oleh Dihyah al-Kalbi Radhiyallahu anhu . Teksnya berbunyi :

“Dengan nama Allâh, Pengasih dan Penyayang.
Dari Muhammad, hamba Allâh dan utusan-Nya kepada Heraclius pembesar Romawi. Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk yang benar. Dengan ini saya mengajak tuan untuk mengikuti ajaran Islam. Peluklah agama Islam, tuan pasti akan selamat ! Peluklah Islam, Allâh Azza wa Jalla pasti akan memberi pahala dua kali kepada tuan ! Kalau tuan menolak, maka dosa orang-orang Arisiyin menjadi tanggungiawab tuan.

Katakanlah, _“Wahai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak ada yang berhak kita ibadahi kecuali Allâh dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allâh”. jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allâh)”_

Dari sini jelaslah bahwa tujuan adanya hubungan dengan pihak non-Islam adalah untuk mengajak kepada Islam dan meninggalkan kekufuran.  Bukan malah membiarkan mereka tetap bertahan dengan kekufurannya.

Semoga Allah beri kepahaman kepada kita semuanya.

*Barakallahu fiikum*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...