Senin, 03 Februari 2020
MANTAPKAN TUJUAN, RAIH KEBANGKITAN HANYA DENGAN ISLAM
*_Oleh : Abu Afra_*
Seorang mahasiswa di Universitas Islam Madinah bercerita tentang proses awal mula masuknya ia di kampus tersebut. Kata dia, sebenarnya tes masuk ke kampus ini boleh dikatakan sulit tapi boleh juga dikatakan mudah. Tergantung takdir dan keberuntungan masing-masing orang.
Pengalaman seorang teman katanya, ada yang harus menunggu satu sampai dua tahun setelah tes baru keterima menjadi mahasiswa. Ada pula yang sekali tes langsung di terima. Bahkan ada pula yang cuman daftar online kemudian lulus, padahal modal bahasa Arabnya belum lagi memadai. Akhirnya pas keterima langsung ambil kelas bahasa dulu.
Ada lagi cerita seorang teman yang kemampuan bahasa Arabnya sudah di atas rata-rata, hafalannya banyak, tapi sampai sekarang belum beruntung untuk menjadi mahasiswa di kampus top ini.
Memang harus diakui ada sisi dimana kita bisa mengupayakan. Ada pula yang memang wilayah kita hanya bisa pasrah serta bersabar atas segala ketetapan.
Dari beberapa mahasiswa yang bercerita tentang proses seleksi masuk kampus top di Tanah Haram itu, dapatlah kita ambil satu kesimpulan bahwa mudah dan susah itu relatif. Adapun yang mutlak adalah ikhtiyar.
Semuanya sepakat untuk masuk ke kampus-kampus favorit di Timur Tengah setidaknya ada tiga keahlian yang harus disiapkan. Hafalan Qur'an, Kemampuan Berbahasa Arab dan Penguasaan terhadap tsaqofah Islam yang cukup.
Namun adanya keahlian itu tetaplah bukan jaminan. Karena hasil akhir bergantung pada keberuntungan alias Takdir Tuhan. Dan tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa yang dipanjatkan.
Maka kunci keberhasilan sebuah perjuangan apapun itu setidaknya ada dua macam. Yang pertama ikhtiyar yang optimal. Dan yang kedua adalah tawakkal yang sempurna yang terwujud dengan kuatnya dan istiqomahnya kita dalam berdoa.
Kuatnya ikhtiyar dan tawakkal seseorang sangat berhubungan dengan kuatnya keyakinan. Sebagaimana para mahasiswa tadi mereka sangat yakin kampus yang mereka impikan merupakan kampus terbaik, maka usaha dan doa mereka tujukan untuk bisa memasukinya.
Dalam bahasa dakwah adanya ketersambungan antara fikrah dengan thoriqoh. Inilah kunci keberhasilan yang sesungguhnya.
Sebagaimana hari ini banyak yang menginginkan kehidupan lebih baik dan lebih sejahtera. Namun tidak ada perubahan dari pola kebiasaan lama, tentu tidak akan ada perubahan apapun.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [QS.AR RA'AD : 11]
Jadi keberhasilan akan semakin besar peluangnya ketika kita itu on the track. Jalur yang kita lewati memang jalurnya orang-orang berhasil. Bukan malah sebaliknya.
Berapa banyak orang-orang yang gagal dalam meraih tujuan hanya karena salah memilih jalan. Dulu saya punya teman yang suka menuliskan tujuan-tujuan besar dalam hidupnya.
Diantara tujuan besar yang mau dicapainya adalah mendirikan sebuah rumah sakit Islam terbesar di dunia. Big mission! tapi sayang step by step nya tidak ada alias gak nyambung. Maka tentu tidak akan pernah terwujud.
Orang yang serius dengan tujuannya pasti dia fokus dalam memilih jalan yang akan menyampaikannya pada tujuan tersebut. Sebutlah misalnya seseorang pengen membangun rumah sakit, maka tentu langkah pertamanya dia harus belajar banyak ilmu tentang hal itu. Kuliah di bidang itu atau mencari relasi yang berkaitan dengan cita-citanya tersebut.
Ada lagi yang bercita-cita menjadi seorang hafizh Qur'an di usia sekian. Namun ternyata tidak pernah serius dalam memulainya. Bahkan menganggap program hafalan bisa dikalahkan oleh aktifitas yang lainnya. Jelas ini bukanlah the real tujuan. Atau dalam bahasa pengembangan diri, orang seperti ini tidak punya integritas.
Antara yang diyakini dengan apa yang dikerjakan tidak ada keterkaitan. Just omdo atau mimpi di siang bolong.
Begitu pula kalau kita perhatikan fenomena sebagian kaum muslimin saat ini. Kadang heran dan geleng-geleng kepala. Menginginkan negerinya menjadi Baldatun Thoyyibayun wa Rabbun Ghafuur namun ogah diajak berhukum dengan hukum Allah. Lah kok piye?
Katanya mau meneladani Rasululllah dalam membangun negara, namun diajak menggunakan sistem Khilafah 'ala minhajin nubuwwah malah dianggap memecah belah. Ironis mbah!
Menginginkan kesejahteraan dan kebaikan namun mengatur kehidupan dengan sistem yang merusaknya jelas hanya akan menjadikan kita kecewa dan terus saja kecewa.
Lihat saja sudah berapa kali pemilu terselenggara. Ada berapa rezim silih ganti berkuasa, namun apakah rakyat makin sejahtera? Jawab saja dengan hati nurani anda.
Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,
عن وابصة بن معبد رضي الله عنه قال : أتيت رسول الله صلى الله عليه و سلم , فقال: جئت تسأل عن البر؟ قلت: نعم. قال: استفت قلبك. البر مااطمأن إليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك في النفس و تردد في الصدر وإن أفتاك الناس وأفتوك.
Dari Wabishah bin ma’bad radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab: benar. Kemudian beliau bersabda(artinya): “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292))
Kata mereka negeri ini sudah menerapkan sistem terbaik. Meniru-niru sistem warisan Nabi justru haram hukumnya karena bisa meruntuhkan negara. Faktanya justru yang bilang bela negara bela bangsa justru paling kuat korupsi uang rakyat.
Beginilah negeri kita tercinta, banyak sumber daya namun miskin dan sengsara. Hutang menumpuk bak garam madura. Tapi gayanya selangit seolah paling kaya.
Masih betahkah kita dengan kondisi yang ada? tidak inginkah kita meraih kehidupan lebih baik di bawah naungan syariat-Nya? Jika iya.. mari campakkan sistem demokrasi yang terbukti bukan berasal dari Islam dan justru menjadikan Islam hanya seperti hiasan. Saatnya kita kembali berjuang untuk kembali mengambil Islam secara utuh tanpa pilah pilih berdasar kepentingan.
Jika kita yakin Islam satu-satunya kebenaran mutlak tanpa terkecuali. Sudahlah ngapain tolah toleh sistem lain yang tidak pernah terbukti. Mari perjuangkan sistem warisan Nabi. Tempuh jalan perjuangannya walaupun harus di caci maki. Yakin saja kemenangan adalah sebuah janji.
*_Ihdinas Shirotol Mustaqiim_*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MERESTART ULANG KEHIDUPAN
* Oleh : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat. Dimana-mana selalu ngomong...
-
*Oleh : Abu Afra* _t.me/AbuAfraOfficial_ Di dalam kitab Nizham Al Islam dijelaskan bahwa Islam itu agama yang lengkap. Ada aqidahnya,...
-
Herawaty Effendy KISAH NYATA , ENAK DIBACA KARENA MEMBONGKAR KEDOK.... By. Paulus F.Tengker dari Manado. Saya seorang pria, dilahirkan...
-
Al Qadhi (Hakim) Abu Bakar Ahmad bin Kamil Asy Syajari murid Ibnu Jarir Ath Thabari sekaligus sahabatnya berkata, “ Apabila telah selesai m...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar