Rabu, 12 Februari 2020

PERUBAHAN BERAWAL DARI PIKIRAN


*Oleh : Abu Afra*
_t.me/AbuAfraOfficial_

Dalam sebuah forum kajian, salah seorang jama'ah bertanya kepada ustadz nya.  Kebetulan pada saat itu adalah sesi tanya jawab setelah sang ustadz menyelesaikan materi kajiannya.

_"Ustadz, bagaimana yaa caranya agar saya tidak mengulang-ngulang kemaksiatan? Setiap kali saya bermaksiat, biasanya akan muncul rasa penyesalan.  Lalu saya bertaubat kepada Allah.  Namun nanti beberapa lama kemudian.,saya akan mengulangi maksiat yang serupa.  Jadi saya harus bagaimana ustadz?"_. tanya salah seorang jama'ah pengajian.

Sang ustadz tersenyum dan kemudian menjawab dengan singkat, _" Bagaimananya yaa anda taubat lagi.  Hentikan kemaksiatan tersebut dengan cara membangun sensitifitas yang lebih.  Maksudnya tingkatkan ilmu anda tentang bahaya maksiat tersebut.  Lalu pelajari dimana celah diri yang paling lemah.  Karena pada titik itulah biasanya syetan menyerang dengan kemaksiatan."_.

Setidaknya ada dua hal yang paling banyak menjerumuskan manusia pada kemaksiatan.  Yang pertama lisannya dan yang kedua matanya.  Lisan yang tidak terjaga akan mudah berbuat dosa.  Begitu pun dengan mata, keliarannya akan sangat menyita alam pikiran kita pada fantasi yang tidak semestinya.

Saya teringat dengan apa yang disampaikan oleh salah satu tokoh milenial yang sempat viral.  Namanya Sherly Annavita, tokoh muda yang wajahnya sempat menghiasi layar kaca.  Tepatnya pada waktu rame debat di ILC tentang capres dan cawapres baru di mata kaum milenial.

Dia mengutip ucapan seorang tokoh perdana mentri perempuan pertama Inggris.  Namanya Margaret Tatcer, dia mengatakan,```  " Watch your thoughts for they become words. Watch your words for they become  your actions.  Watch actions for they become your habits.  Watch your habits for they become your character. Watch your character for they become  your destiny. In other words what you think you become".```

```(Perhatikan apa yang kita pikirkan, karena itu akan keluar menjadi ucapan, menjadi kata-kata.  Perhatikan apa yang kita ucapkan, karena itu akan keluar menjadi tindakan, menjadi actions.  Perhatikan apa yang kita lakukan, karena ketika itu diulang-ulang terus. maka dia akan menjadi habits (kebiasaan).  Perhatikan kebiasaan kita mulai dari mata terbuka, sampai tertutup lagi. Karena dia akan menjadi karakter. Perhatikan karakter kita, karena demikianlah takdir kita.  Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan, demikianlah takdir kita).```

Memang betul bahwa takdir adalah urusan Allah yang atur.  Kita sebagai manusia tidak punya andil di dalamnya.  Tetapi jangan lupa, Allah Sang pemilik takdir telah juga memberitkan kepada kita di dalam firman-Nya :

*عبدي أنا عندَ ظنِّكَ بي، و أنا معكَ إذا ذكرتَني*

*Wahai hamba-Ku, Aku sesuai persangkaanmu kepada-Ku, dan Aku bersamamu jika engkau ingat kepada-Ku” (HR. Al Hakim no. 1828).*

Ini artinya isi kepala sangat menentukan nasib kita.  Ketika seseorang misalnya susah sekali meninggalkan kemaksiatan, maka kemungkinannya adalah ada persepsi yang salah di kepalanya.  Atau dia memiliki habits yang salah selama ini. Bisa jadi pula habits itu telah menjadi karakter yang kuat dalam dirinya. Sehingga menjadi susah untuk merubahnya.

Langkah pertama untuk merubah itu semua tentu saja adalah merubah informasi yang salah.  Kemudian menggantinya dengan informasi yang benar tentang kemaksiatan yang dia selalu lakukan atau tentang sesuatu yang selama ini dia anggap benar.

Dan ini semua tentu saja perlu waktu dan kesabaran.  Agar kebiasaan lama yang buruk itu mampu diganti dengan kebiasaan baru yang lebih baik. Caranya ya ngaji secara rutin memasukkan nilai-nilai Islam secara bertahap ke dalam dirinya.  Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh mengenai dampak buruk dari kemaksiatan yang dia lakukan secara meyakinkan.  Jika ini terjadi, maka perubahan perilaku juga pasti akan terjadi pada dirinya.

Jadi kuncinya perubahan itu berawal dari mindset alias pikiran. Hal ini senada dengan apa yang penulis baca  dalam uraiannya Imam Ibnu Qayyim al Jauziyyah pada kitabnya Ad Dâ wa Ad Dawâ tentang al Khathârât, atau pikiran-pikiran yang muncul dalam benak manusia, bagaimana seharusnya ia dikelola dengan benar. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari pembahasan beliau:

Dari pikiran, lahir tekad dan keinginan.

Pikiran dapat menjadi awal kebaikan, dapat pula menjadi awal keburukan. Dari lintasan-lintasan pikiran, akan lahir keinginan dan tekad. Siapa yang menjaga pikirannya, ia akan mampu mengendalikan dan menaklukkan hawa nafsunya. Namun, orang yang tidak mampu mengendalikan pikirannya, ia akan cenderung mudah dikalahkan oleh hawa nafsunya. Maka, lintasan pikiran tidak bisa dianggap remeh. Orang yang menganggapnya sebagai perkara remeh, pikiran-pikirannya itu akan membawa ia kepada kebinasaan.

Kata beliau, diantara yang seharusnya dilakukan untuk menjaga pikiran adalah, menjauhi pikiran-pikiran yang bersifat ilusi atau khayalan, yang jauh dari kenyataan. Seperti yang Allah gambarkan di dalam Al Qur'an  :

*وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ* 


_“Dan orang-orang kafir itu amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An Nur [24]: 39)_

Kata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, _“Manusia yang paling rendah semangatnya adalah orang yang suka mengkhayal. Khayalan merupakan modal orang-orang yang rugi, dagangan ahli batil dan makanan jiwa yang hampa. Kebiasaan ini berbahaya. Ia lahir dari kemalasan dan kelemahan. Dan selanjutnya, ia akan melahirkan sikap lalai dan penyesalan.”_

Kebiasaan akan menuntun kita pada masa depan. Lihatlah misalkan orang yang membiasakan dirinya mengkaji Al Qur'an.  Setiap hari dia hafalkan ayat demi ayat, surah demi surah secara rutin. Lalu terbiasa dan menjadi habits dia.

Maka jangan salahkan dia kalau takdirnya menuntun dia menjadi seorang Hafidz Qur'an.

Atau seperti seseorang yang semenjak kecil sudah dibiasakan oleh lingkungan keluarganya untuk menangkap peluang.  Lalu peluang itu di *'monitize'* atau diuangkan.  Maka jika ini terus berulang dan menjadi kebiasaannya.

Jangan salahkan juga kalau pada akhirnya, takdir menuntun dia menjadi seorang pengusaha sukses.  Seorang entrepreneur sejati.

Begitupun dalam hal apa saja.  Berawal dari pikiran lalu menjadi tindakan.  Berlanjut pada kebiasaan, berevolusi menjadi karakter kita.  Inilah yang akan menuntun kita pada takdir di masa depan.

Maka berhati-hatilah dengan lintasan pikiran.  Lintasan pikiran ini berawal dari apa yang kita lihat dan kita dengarkan.

Sekarang pertanyaannya adalah apa yang selama ini kita baca, kita lihat, kita dengar dan kita serap? Berawal dari sanalah potret diri kita sekarang.

Maka jika kita ingin merubahnya.  Perhatikanlah nutrisi apa yang kita berikan untuk isi kepala kita.  Ingatlah sekali lagi perubahan berawal dari pikiran.

Mari bangun pemikiran positif dan cemerlang dengan rutin mengkaji Islam.  Yakin saja pokoknya, hidup kita akan lebih gemilang.

*Wallahu musta'an*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...