Jumat, 15 Agustus 2025

Branding dan Algoritma Manusia

 Oleh  : Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A, M.Pd, C.ISP, C.LQ

        Setiap kali kita membuka media sosial, yang muncul bukan hanya kabar dari teman, melainkan parade citra: orang-orang menampilkan dirinya dengan cara yang paling meyakinkan. Ada yang menekankan prestasi, ada pula yang lebih suka menonjolkan gaya hidup. Fenomena ini menandakan satu hal: branding tidak lagi sekadar milik perusahaan besar, melainkan sudah merasuk ke setiap individu. Bahkan, dalam dunia kerja maupun relasi sosial, personal branding kerap menjadi “mata uang baru” yang menentukan nilai seseorang di mata orang lain.

        Praktisi branding nasional, Subiakto, pernah mengatakan bahwa branding adalah cara menciptakan “kebenaran baru” di benak masyarakat. Pernyataan ini terdengar sederhana, tetapi implikasinya luar biasa. Sebab, sebuah brand yang kuat mampu mengubah kebiasaan, bahkan menggeser kenyataan. Coca-Cola, misalnya. Ia bisa terjual 100 botol ketika sendirian. Namun, saat dipajang bersebelahan dengan Pepsi, penjualannya melonjak dua kali lipat. Mengapa? Karena manusia cenderung membandingkan, dan perbandingan itulah yang memicu keputusan membeli.

        Fenomena ini menunjukkan adanya semacam “algoritma manusia”. Sama seperti mesin pencari yang memproses data dengan algoritma, manusia pun punya pola: mudah tergerak oleh emosi, cepat terpengaruh oleh cerita, dan senang membuat perbandingan. Maka tidak heran jika brand yang memahami algoritma ini bisa mendominasi pasar.

        Perjalanan branding sendiri, menurut Subiakto, telah melalui beberapa fase: dari sekadar logo (Branding 1.0), nilai (2.0), humanisasi (3.0), keterlibatan (4.0), pemanfaatan algoritma (5.0), hingga personalisasi dan pengalaman imersif (6.0). Setiap tahap mencerminkan perubahan perilaku konsumen dan perkembangan zaman. Namun esensinya tetap sama: branding adalah soal bagaimana kita hadir di benak orang lain.

        Pertanyaannya, bagaimana dengan personal branding yang kini begitu populer? Banyak yang mengira personal branding hanyalah soal tampil percaya diri di media sosial. Padahal, lebih dari itu, personal branding adalah keberanian untuk menjadikan diri sendiri sebagai “produk”. Ketika nama seseorang melekat pada karya atau jasa tertentu—seperti Gudeg Yu Djum atau Ayam Suharti—maka reputasi pribadi dan mutu produk tidak bisa dipisahkan. Di titik ini, integritas menjadi harga mati.

        Brand yang hebat, pada akhirnya, bukanlah yang paling nyaring bersuara, melainkan yang mampu meninggalkan kesan mendalam. Bukan sekadar storytelling, tetapi cerita yang benar-benar hidup dalam benak konsumen. Cerita yang menimbulkan rasa takut kehilangan, memberi kejutan, lalu mengakhiri dengan pengalaman menyenangkan. Inilah kisah yang melekat, kisah yang menggerakkan.

        Di tengah hiruk pikuk dunia digital, kita sering terjebak pada pencarian viralitas. Padahal, viral hanyalah percikan sesaat. Yang lebih penting adalah network effect—dampak berantai yang membuat brand bertahan lama karena konsistensi dan fokus. Sebab, branding sejatinya bukan sprint, melainkan maraton. Ia menuntut kesabaran, ketekunan, dan integritas.

        Branding, dengan segala lapisannya, bukan hanya soal menjual produk atau nama. Branding adalah upaya menanamkan makna, menciptakan persepsi, bahkan menyusun “kebenaran baru” di pikiran manusia. Dan seperti kata Subiakto, jika ingin sampai pada tahap itu, kita harus rela menempuh perjalanan panjang. Bukan jalan pintas, melainkan jalan yang ditempuh dengan konsistensi—setapak demi setapak, hingga akhirnya menjadi bagian dari kehidupan orang banyak.

        Pada akhirnya, branding adalah tentang warisan: apa yang tersisa ketika iklan berhenti, ketika konten tak lagi viral, dan ketika riuh rendah media sosial mereda. Ia adalah ingatan yang melekat, yang menentukan bagaimana orang lain menafsirkan siapa kita dan apa yang kita tinggalkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meniti Jalan Hidayah: Dari Adab Dasar Menuju Puncak Kemuliaan

  Oleh  :  Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A., M.Pd Setiap Muslim mendambakan hidayah, cahaya petunjuk dari Allah SWT yang menerangi ja...