Kamis, 21 Agustus 2025

Makna Pendidikan yang Sebenarnya

Oleh  : Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A., M.Pd. C.ISP, C.LQ

Pendidikan bukanlah sekadar transfer ilmu di ruang kelas. Pendidikan adalah semua proses yang membentuk individu menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dengan kata lain, sekolah hanyalah salah satu tempat yang bisa menjadi wadah pendidikan, tetapi bukan satu-satunya. Bahkan, tak jarang, sekolah justru gagal menjalankan fungsi ini.

Saat ini, kita sering terjebak dalam dikotomi pendidikan agama dan pendidikan umum. Seolah-olah keduanya berjalan di jalur yang terpisah. Padahal, seharusnya ini diakhiri. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama, sehingga setiap ilmu yang dipelajari menjadi sarana untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ilmu Itu Tidak Netral

Ilmu pengetahuan sering dianggap netral, bebas nilai, dan hanya berlandaskan fakta. Namun, cara pandang ini keliru. Ilmu tidak pernah netral karena cara kita memahami sebuah fakta sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup kita.

Ambil contoh sederhana, kita mengamati virus. Sains empiris bisa menjelaskan bagaimana virus menyebar dan menyebabkan penyakit. Namun, ia tidak bisa menjawab pertanyaan, "Mengapa virus itu datang?" atau "Apakah virus itu punya kehendak sendiri?"

Hanya ilmu yang berlandaskan wahyu yang bisa menjawabnya. Dalam pandangan Islam, virus, gempa bumi, atau bencana alam lainnya tidak datang begitu saja. Itu semua adalah kehendak Allah. Tujuannya bukan untuk merusak, melainkan untuk menegur, menguji, atau mengingatkan manusia agar kembali ke jalan yang benar. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak hanya soal menemukan obat, tetapi juga tentang meningkatkan ketakwaan dan introspeksi diri. Ini membuktikan bahwa ilmu, apa pun jenisnya, tidak akan pernah netral.

Landasan Pendidikan dalam Konstitusi

Pemerintah sesungguhnya telah memiliki landasan kuat untuk membangun pendidikan yang ideal. Undang-Undang Dasar 1945 secara jelas menyebutkan bahwa negara kita didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 31 Ayat 3 bahkan lebih spesifik lagi:

"Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa."

Ini adalah panduan yang sangat jelas. Pendidikan nasional kita harus berorientasi pada pembentukan karakter, bukan sekadar mengejar nilai akademis. Konsep ini sejalan dengan enam Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif, mandiri, dan bergotong royong. 

Dalam konsep pembelajaran mendalam yang diinisiasi oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah era sekarang disebut dengan 8 profil lulusan. Delapan dimensi tersebut adalah: keimanan dan ketakwaan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.

Namun, pertanyaan besarnya adalah, di mana contoh nyata dari sekolah pemerintah yang benar-benar menerapkan ini? Bukankah sudah saatnya pemerintah menciptakan satu sekolah model yang bisa menjadi percontohan?

Belajar dari Sejarah

Kita punya sejarah panjang dalam dunia pendidikan yang patut dibanggakan. Saat Indonesia masih dalam masa penjajahan, para ulama dan kiai mendirikan pondok pesantren dan madrasah tanpa bantuan pemerintah kolonial. Mereka gigih mendidik generasi yang tak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan menjadi pejuang tangguh.

Lihatlah Al-Irsyad, yang pada tahun 1913 sudah membangun sekolah dengan standar internasional, mendatangkan guru dari Mesir, Turki, dan Sudan. Sekolah ini melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Natsir. Mereka berhasil menjaga akidah dan semangat perjuangan masyarakat, meskipun berada di bawah tekanan penjajah.

Jika di masa lalu, dengan segala keterbatasan dan tantangan, para pendahulu kita bisa melahirkan generasi hebat, maka seharusnya saat ini, di mana pemerintah sudah sangat mendukung, kita bisa berbuat lebih baik. Bantuan, dana, dan fasilitas yang ada seharusnya menjadi modal untuk menciptakan sistem pendidikan yang benar-benar unggul, yang mampu melahirkan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga adil, jujur, dan berakhlak mulia.

Tanggung jawab ini bukan hanya ada di pundak pemerintah, melainkan juga ada di setiap individu dan komunitas. Jika pemerintah belum bisa menyediakan model pendidikan ideal, maka kita sebagai masyarakatlah yang harus mengambil peran. Sebab, mendidik anak adalah kewajiban yang tak bisa ditawar, dan hasilnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meniti Jalan Hidayah: Dari Adab Dasar Menuju Puncak Kemuliaan

  Oleh  :  Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A., M.Pd Setiap Muslim mendambakan hidayah, cahaya petunjuk dari Allah SWT yang menerangi ja...