Minggu, 02 Februari 2020

JODOH TAKKAN TERTUKAR


_Oleh : Abu Afra_
t.me/AbuAfraOfficial

Dalam sebuah perjalanan pulang dari kampung halaman, isteri saya berkomentar, " Bi.. sebenarnya secara tidak sengaja kita udah berapa kali bahkan sudah sering dipertemukan yaa..tapi walaupun demikian tetap saja tak saling kenal apalagi interaksi khusus.  Namun ketika memang sudah waktunya...kok kayaknya cepat dan mudah saja prosesnya".

Komentar isteri ini sebenarnya sangat beralasan.  Dalam beberapa kesempatan kami biasanya saling bercerita masa-masa ketika masih sendiri dahulu.  Ternyata dalam beberapa cerita itu, secara tidak sengaja sebenarnya kami sudah dipertemukan hanya saja belum saling mengenal.

Tahun 2008 saya sempat menjalani profesi sebagai sales taks force.  Ketika itu salah satu jalur yang rutin saya kunjungi adalah desa tempat istri saya menempuh studi  SMP dan SMK nya.  Bahkan seminggu sekali saya lewat depan rumah  ibu mertua saya sekarang.

Tahun 2010 yang silam misalnya, saat itu saya masih menempuh studi S1 Pertanian jurusan Agribisnis di STIPER Amuntai.  Ternyata ketika itu pula isteri saya pernah wara wiri ke kampus saya semasa dia masih duduk di bangku SMK.  Dari cerita isteri ketika itu dia dipilih sekolahnya untuk mengikuti semacam pelatihan wirausaha yang diadain kampus dan pesertanya dari sekolah-sekolah pertanian sebanua enam.

2011 Saya hijrah ke kota Banjarbaru dan menjalani kehidupan sebagai seorang guru di sebuah pondok pesantren yang baru di bangun. Sembari memulai lagi kuliah S1 Pendidikan Agama Islam di sebuah kampus Islam swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Tertua di Kalsel.  Antara Tahun 2013 -   2015 masuklah seorang bapak-bapak sebagai tenaga kebersihan yayasan di pondok tempat saya mengabdikan diri.  Dalam seminggu beberapa kali beliau dikunjungi anak gadisnya yang ternyata menjadi istri saya.  Ketika itu walaupun mungkin beberapa kali bertemu tak ada komunikasi dan interaksi apapun, bahkan masih merasa belum pernah melihat sama sekali.

Tahun 2016 saya masuk di sebuah group pelatihan kepenulisan yang diadakan secara online.  Ternyata istri saya juga mengikuti pelatihan pada group yang sama.  Sekali lagi kami dikumpulkan tapi tak ada komunikasi dan interaksi apapun bahkan kami tetap pada posisi tak saling mengenal.

2017 Istri saya cerita sering sekali mengantarkan dan menjemput anak-anak musyrifahnya ke sekolah.  Dimana sekolah itu adalah tempat saya mengajar setiap harinya.  Namun lagi-lagi walaupun tiap hari ketemu, kami belum berinterkasi apapun karena memang belum saling mengenal.

Sampai akhirnya pada tahun 2018, Musyrif saya yang juga merupakan salah satu orang tua murid yang saya didik.  Menanyakan kesiapan saya untuk membangun biduk rumah tangga.  Dengan tanpa basa basi saya katakan, "siap ustadz".

Diperkenalkan lah saya dengan istri saya dengan proses ta'aruf sesuai syariat Islam, berlanjut pada tukar proposal, semakin dibaca semakin merasa banyak kecocokan, nah dimulai dari sinilah benih-benih cinta itu mulai Allah tumbuhkan.

Meskipun demikian, masih tak ada komunikasi terjalin antar kami, Semua lewat jalur perantara yaitu musyrifahnya dan musyrif saya yang memang kebetulan mereka jua pasangan suami istri.

Singkat cerita kami pun sampai juga pada sebuah ikatan sakral bernama pernikahan. Dan semua itu kami lewati tanpa harus pacaran kayak anak zaman now.

Jodoh itu sesuatu yang pasti.  Tinggal kitanya saja yakin atau tidak dengan janji Sang Ilahi Rabbi. 
Wa'dallahi haqqa, waman ashdaqu minallahi qiilaa".

Boleh jadi kita bertemu dengannya saat ini, namun belum saling mengenal saja.  Boleh jadi dia ada di lingkaran aktifitas kita sehari-hari. Wallahu 'a lam. Hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Maka yang seharusnya kita lakukan saat ini adalah bagaimana memantaskan diri semaksimal yang bisa kita lakukan.  Jodoh itu seperti cermin kata Allah.  Kalo kita baik, maka yakinlah jodoh kita pasti orang baik pula.  Begitupun sebaliknya.

Jodoh tak akan datang begitu saja tanpa upaya kita.  Sebagaimana rezeki walaupun sudah dijamin, namun kita tetaplah diwajibkan untuk berusaha atau bekerja.

Jangan biarkan syubhat-syubhat terkait pernikahan menjadikan kita takut memulai pencarian.  Karena
jika memang sudah mulai bulat keyakinan, selanjutnya Allah punya cara untuk mewujudkannya.

Yang penting luruskan niat saja.  Menikah bukan untuk gagah-gagahan, atau pamer sama orang.  Niat terpenting dari pernikahan adalah ibadah mengharap keridhoan Allah saja, berittiba dengan sunnah Nabi SAW.

Jika niat sudah benar, maka lalui ikhtiyar dengan sabar Insya Allah jalan terang itu terbuka lebar.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ العَفَافَ

“Ada tiga orang yang Allah wajibkan atas diri-Nya untuk menolong mereka, Orang yang berjihad di jalan Allah, Budak yang memiliki perjanjian yang berniat memenuhi perjanjiannya, dan orang yang menikah dengan niat menjaga kesucian diri dari perzinahan.” [HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah

_Wallahu 'alam bis showab._

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...