Minggu, 23 Februari 2020
APALAH ARTI SEBUAH NAMA
*Oleh : Abu Afra*
_t.me/AbuAfraOfficial_
Dalam sebuah diskusi di salah satu lapak FB, ada satu komentar nyinyir yang terlontar. Kata dia, _"Ciri2 akun khawarij sering pakai nama abu diawalnya"_
Langsung deh kita komentari, _"gak semualah bung, jangan pukul rata gitu dong"_
Kebetulan nama akun FB yang saya pakai nama Abu Afra. Pertanyaannya, benarkah pernyataan tersebut? Mari kita kupas secara jelas. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semuanya.
Yang pertama tidaklah kita melakukan sesuatu itu melainkan harus jelas tujuannya. Kemudian jelas pula hukumnya apa di dalam agama kita. Karena seorang muslim itu wajib terikat dengan hukum syara.
Terkait dengan penamaan, maka ketahuilah dalam agama kita pun ada syariatnya. Tidak boleh seenak udelnya kita menyematkan nama pada diri kita atau anak kita. Karena di dalam nama itu sendiri terkandung doa dan pengharapan orang tua terhadap anaknya.
Orang tua saya memberi nama dengan nama istilah campuran antara Jawa dan Arab. Kalau dari cerita orang tua sih yang ngasih nama ketika itu adalah paman yang kebetulan orang jawa.
Sebenarnya ada beberapa nama yang disiapkan keluarga. Nama-nama tersebut diusulkan oleh beberapa orang anggota keluarga. Termasuk mungkin usulan bapak. Tapi Qaddarullah nama usulan paman itulah yang keluar dan terpilih.
*MUHAMMAD FITRIANTO*, Inilah nama yang terpilih ketika itu. *MUHAMMAD* diambil dari Nabi Mulia Sayyidul anbiya.
Nama Muhammad atau Ahmad adalah nama yang sakral. Berkandungan sejarah dan cahaya. Nama yang terucap tidak sembarangan; nama yang dicita-citakan semesta; nama yang dinantikan jagat raya; nama yang menebar cahaya dan pahala; nama yang menandai masa; nama yang mendamaikan raga dan jiwa; nama yang terlalu banyak kebaikan meliputinya, hingga bahasa tak mungkin merangkai semuanya.
Nama Muhammad bukan nama pemberian manusia, tapi nama yang disampaikan Allah kepada kakek dan ibunya. Dalam satu riwayat diceritakan bahwa ibu Rasulullah, Sayyidah Aminah, bercerita pernah didatangi malaikat ketika mengandung, dan malaikat itu berkata kepadanya:
*إنَّكِ قَدْ حَمَلْتِ بِسَيِّدِ هَذِهِ الْأُمَّةِ، فَإِذَا وَقَعَ إلَى الْأَرْضِ فَقُولِي: أُعِيذُهُ بِالْوَاحِدِ، مِنْ شَرِّ كُلِّ حَاسِدٍ، ثُمَّ سَمِّيهِ مُحَمَّدًا*
_Sesungguhnya kau sedang mengandung pemimpin umat ini. Maka, ketika ia terlahir ke dunia, ucapkanlah: “aku memohon perlindungan untuknya kepada Tuhan yang Maha Esa, dari kejahatan setiap orang yang hasud, dan namai ia ‘Muhammad’.”_
*(Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, Beirut: Darul Kutub al-A’rabiy, 1990,juz 1, hlm 180)*
Begitu pula kakeknya, Abdul Muttalib, ia mendapatkan inspirasi nama Muhammad dari mimpi.
Dalam kitab al-Raudl al-Unuf, Imam al-Muhaddits Abu al-Qasim al-Suhaili (w. 581 H) mengatakan, Abdul Muttalib melihat dalam mimpinya rantai dari emas keluar dari punggungnya.
Ujungnya menyebar ke langit, bumi, timur dan barat. Lalu rangkaian rantai itu menjadi pohon yang setiap daunnya mengeluarkan cahaya, dan penduduk bumi di Barat dan Timur semuanya bergantung kepadanya.
Imam al-Suhaili menulis:
فَعُبّرَتْ له بِمَولود يكون من صلبه يتبعه أهل المشرق والمغرب, ويحمده أهل السّماء والأرض، فلِذلك سَمّاه محَمَّدًا “
Maka ditafsirkan mimpi itu dengan dilahirkannya seorang (anak) dari tulang punggungnya yang akan diikuti oleh manusia dari Timur dan Barat. Penduduk langit dan bumi akan memujinya. Karena itu, Abdul Muttalib menamainya Muhammad.
*(Imam al-Muhaddits Abu al-Qasim al-Suhaili, al-Radul al-Unuf wa ma’ahu al-Sîrah al-Nabawiyyah li Ibni Hisyâm, Beirut: Dar al-Hadits, 2008, juz 1, h. 309-310)*
Karena itu, ketika ada seseorang yang bertanya kepada Abdul Muttalib,
_“mâ sammayta ibnaka?”_ (kau namai siapa cucumu?).
Ia menjawab, _“Muhammad.” Orang itu bertanya lagi, “kaifa sammayta bi ismin laisa li ahadin min âbâ’ika wa qaumika?”_
_(kenapa kau namai ia dengan nama yang tidak seorang pun dari nenek moyang dan kaummu [menggunakannya])._
Abdul Muttalib berkata, _“innî la arjû an yahmadahu ahlul ardli kulluhum”_ _(sesungguhnya aku sangat ingin semua penduduk bumi memujinya)._
*(Imam al-Muhaddits Abu al-Qasim al-Suhaili, al-Radul al-Unuf wa ma’ahu al-Sîrah al-Nabawiyyah li Ibni Hisyâm, 2008, juz 1, h. 309).*
Saya bersyukur diberikan nama yang mulia ini. Di dalamnya terkandung doa dan pengharapan orang tua saya terhadap saya. Kemudian nama *FITRIANTO* adalah gabungan dari bahasa Arab dan Jawa.
Kata *FITRI* berasal dari kata _afthara yufthiru_ yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Disebut idul fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan kaum muslimin yang tidak lagi berpuasa ramadhan. Saya menduga kata ini dipilih oleh paman saya karena kebetulan saya terlahir di bulan syawal dan masih suasana idul fitri. Bertabarruk dengan nama hari besarnya.
nama *ANTO* yang disematkan pada ujung nama saya diambil dari bahasa jawa. Maknanya adalah patut dipuji/sahabat setia/sederhana. Wallahu 'alam yang pasti disana juga ada doa orang tua. Intinya pemberian nama itu pastilah memiliki tujuan.
Kemudian ketika saya memiliki anak perempuan, Saya berilah nama dengan nama salah seorang shahabiyah Nabi yang banyak mencetak para mujahid. Namanya *Afra binti ubaid*. Dengan niatan tabarruk kepada pemilik nama tersebut, maka saya taruhlah nama itu di depan nama putri saya.
Sejak saat itu pula saya mulai menggunakan nama *Abu Afra* sebagai nama kunyah saya di akun sosmed yang saya miliki. Dengan niatan ittiba li sunnati rasulillah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Kunyah secara umum merupakan suatu penghormatan dan kemuliaan bagi yang bersangkutan. Seorang peyair berkata:
أُكْنِيْهِ حِيْنَ أُنَادِيْهِ لِأُكْرِمَهُ
وَلاَ أُلَقِّبُهُ وَالسَّوْءَةُ اللَّقَبُ
Aku memanggilnya dengan kunyah sebagai penghormatan padanya
Dan saya tidak menggelarinya, karena gelar adalah jelek baginya.
Ada banyak dalil tentang disyariatkannya menggunakan nama kunyah. Diantara dalil yang pernah saya baca adalah hadits-hadits berikut.
*عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ النَبِيُّ - صلى الله عليه وسلم-أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا, وَكَانَ لِيْ أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُوْ عُمَيْرٍ, قَالَ أَحْسَبُهُ فَطِيْمٌ, وَكَانَ إِذَا جَاءَ قَالَ: يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ نُغَيْرٌ ؟*
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
_“Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Saya mempunyai saudara yang biasa dipanggil Abu Umair. Apabila Rosululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam datang, beliau mengatakan, ’Wahai Abu Umair apa yang sedang dilakukan oleh Nughoir (Nughoir adalah sejenis burung)?"_
*أَنَّ عُمَرَ قَالَ لِصُهَيْبٍ مَا لَكَ تَكْتَنِى بِأَبِى يَحْيَى وَلَيْسَ لَكَ وَلَدٌ. قَالَ كَنَّانِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِأَبِى يَحْيَى.*
_“Umar radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan kepada Shuhaib: ‘Kenapa engkau berkunyah dengan Abu Yahya padahal kamu belum mempunyai anak?’ Maka dia menjawab: ‘Rosululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam yang memberiku kunyah Abu Yahya."_
Pada kesimpulannya saya ingin mendapatkan faedah dari kedua nama itu. Di dunia nyata saya masih menggunakan nama pemberian orang tua saya. Dan di dunia maya saya menggunakan nama Abu Afra. Kedua -duanya adalah dengan niatan demi ittiba kepada Al Musthofa Sayyidina wa Maulana Muhammad.
So, berkunyah itu sunnah ya. Bahkan bagi yang belum punya anak sekalipun. Jadi bukan tradisi kaum khawarij seperti kata anda yang kurang piknik ke kitab para ulama.
*اللهم صلي علی محمد*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MERESTART ULANG KEHIDUPAN
* Oleh : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat. Dimana-mana selalu ngomong...
-
*Oleh : Abu Afra* _t.me/AbuAfraOfficial_ Di dalam kitab Nizham Al Islam dijelaskan bahwa Islam itu agama yang lengkap. Ada aqidahnya,...
-
Herawaty Effendy KISAH NYATA , ENAK DIBACA KARENA MEMBONGKAR KEDOK.... By. Paulus F.Tengker dari Manado. Saya seorang pria, dilahirkan...
-
Al Qadhi (Hakim) Abu Bakar Ahmad bin Kamil Asy Syajari murid Ibnu Jarir Ath Thabari sekaligus sahabatnya berkata, “ Apabila telah selesai m...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar