Senin, 10 Februari 2020

HARGA SEBUAH KEISTIQOMAHAN


*Oleh  : Abu Afra
_t.me/AbuAfraOfficial_

Malam ini kami kembali dimudahkan oleh Allah bisa berhadir di majelis Ilmu.  Kebetulan setiap malam selasa, diselenggarakan pengajian rutin kitab *_At Taqrirat As Sadidah fii masaa'ilil mufidah._* Sebuah kitab fiqih bermazhab syafi'i karya seorang Ulama dari kalangan Habaib yang bernama Syekh Hasan Bin Ahmad Bin Muhammad Al-Kaff.

Kajian berlangsung ba'da isya tepatnya pukul.20.45 WITA sampai dengan pukul. 22.00 WITA.  Biasanya ada sesi tanya jawab juga dengan pematerinya. Guru kami Al Ustadz Abdul Hafidz senantiasa terbuka untuk melayani setiap pertanyaan yang masuk, sekalipun kadang ada saja pertanyaan yang keluar dari tema kajian.

Setiap kami hadir di majelis beliau, ada saja hikmah dan faedah baru yang kami dapatkan.
Seperti malam ini, di sela-sela penjelasan beliau ada sebuah nasehat yang sangat berharga bagi kami pribadi.

Kata beliau, _"Sesungguhnya kalau kita mau menjadi ahli di satu bidang keilmuan.  Tidak sulit yang penting konsisten saja.  Sediakan waktu satu jam saja setiap hari untuk upgrading diri.  Satu jam itu dibagi empat bagian.  15 menit untuk membaca, 15 menit untuk menulis, 15 menit untuk menghafal dan 15 menit untuk muraja'ah.  Asal antum konsisten saja, hasilnya akan sangat luar biasa"._

Beliau mencontohkan terkait hal ini, semenjak tahun 2017 beliau mulai fokus meluangkan waktu sekitar 15 menit setiap harinya untuk menambah hafalan Al qur'an.  Ternyata sampai saat ini beliau sudah mampu menghafal 15 juz tanpa terasa.  *LUAR BIASA!*

Kita ini kadang kalau lagi semangat, sampai lupa daratan kalau beraktifitas.  Tetapi ketika sudah mulai lemah semangatnya, akhirnya hilang pula aktifitas tersebut.  Angin-anginan, tergantung moudy kalau kata anak zaman now.

Padahal yang seperti ini adalah contoh pola kebiasaan yang kurang baik.  Inilah yang menyebabkan kebanyakan kita gagal meraih tujuan-tujuan penting. Akibat lemahnya konsistensi kita sendiri.

Apa saja jika tidak konsisten, hasilnya hampir bisa dipastikan akan mengecewakan.  Seorang murid jika belajarnya tidak konsisten, hasilnya pasti jauh dari harapan.  Seorang guru kalau mendidiknya tidak konsisten, maka hasil didikannya juga akan menjadi tidak karuan.

Allah SWT sendiri lebih suka terhadap amal yang sedikit tapi istiqomah dilakukan, daripada amal yang banyak tapi musiman.  Demikian pesan guru kami yang sering di ulang-ulang.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Ummul Mukminin 'Aisyah -radhiyallahu 'anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

*أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا "*

```Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit."```

Membentuk pola yang baik itu ya memang harus istiqomah dalam mengulang-ngulangnya. Setidaknya kalau kata para ahli perlu waktu sekitar sepuluh ribu jam sampai menjadi habits untuk bisa ekspert di bidang tertentu.

Dalam perkara dunia juga demikian adanya.  Ketika seseorang secara konsisten menyisihkan hartanya untuk ditabung setiap kali mendapat  penghasilan, walaupun mungkin jumlahnya tidak banyak.  Lama kelamaan akan ada juga tabungan yang bisa dia gunakan untuk berinvestasi.  Kuncinya ya kembali lagi harus istiqomah.

Istiqomah adalah suatu aktivitas kebaikan yang dilakukan terus menerus sampai akhir hayat, yang akan selalu diamalkan baik dalam keadaan lapang maupun keadaan sempit.

Aktivitas yang baik diiringi kesungguhan, keikhlasan dan ketulusan. Sehingga ibadah yang diistiqamahkan akan dapat memberikan dampak pengaruh perubahan besar pada diri manusia.

Ada pepatah Bahasa Arab yang bisa dijadikan bahan renungan, pemikiran dan pelajaran bagi kita semua.

*اَلْإِسْـتِقَـامَةُ خَيْرٌ مِـنْ اَلْفِ كَــرَامَةٍ # ثُبُــوْتُ الْكـَـرَامَةِ بـِدَوَامِ الْإِسْـتِقـَـامَةِ “*

```Istiqamah lebih utama dari seribu karomah, dan tumbuhnya karomah dengan menjaga Istiqamah ”```

Dalam proses pembinaan juga demikian halnya.  Ketika seorang pembina rutin saja mengisi binaannya.

Rutin saja melakukan mutaba'ah, maka syakhsiyah Islamiyah akan betul-betul terbentuk pada diri binaannya.

Namun sebaliknya, ketika seorang pembina tidak konsisten.  Kadang ada waktu buat ngisi, kadang absen.  Maka walaupun sudah lama proses binaan dilakukan, sosok berkepribadian Islam yang diharapkan tidak akan pernah didapatkan.

Guru yang mengajar secara konsisten akan mampu menghasilkan murid yang berkualitas.

Sementara guru yang angin-anginan, kadang hadir kadang absen pasti berdampak negatif pada murid yang diampunya.

Maka, membangun konsistensi adalah harga mati.  Caranya kuatkan tekad diri agar tetap semangat sepanjang hari. Ingat-ingat bahaya atau madharat yang akan di dapat jika kita tidak konsisten dalam beraktifitas.Terutama jika kita seorang pendidik, dampaknya akan langsung terlihat pada orang-orang yang kita didik. 

Mengutip apa yang disampaikan oleh Al Ustadz Bachtiar Nasir.  Kata beliau, _"Wahai para guru jika anda tidak serius dalam mengajar, maka sesungguhnya anda sedang membuat kerusakan yang besar dalam pendidikan"._

Nah, tanda bahwa kita serius itu adalah adanya konsistensi.  Untuk bisa konsisten syaratnya harus punya komitmen.  Komitmen dibangun atas kesadaran sendiri, setelah berpikir dan merenungi baik dan buruknya, manfaat dan madharatnya secara mendalam.

Tanpa komitmen mustahil kita bisa konsisten dalam melakukan apapun. Komitmen untuk terus menerus melakukan hal yang sama secara berulang-ulang ini jika dalam ilmu tasawuf kita kenal dengan istilah wirid.

Maka ketika seseorang istiqomah dengan wiridnya, terbukalah warid dari Allah SWT.  Sebagai anugerah baginya.  Maka jadikanlah setiap amal sholeh yang kita kerjakan sebagai wirid rutin yang konsisten kita jaga.


_Mudah-mudahan Allah beri kita anugerah berupa keistiqomahan dalam beramal sholeh, sehingga terbukalah segala rahasia Allah kepada kita._

 _Allahumma Aamiin._

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...