Sabtu, 08 Februari 2020

TUGAS BESAR PARA GURU


Oleh : Abu Afra
_t.me/AbuAfraOfficial_

Pagi ini kami diundang oleh Yayasan Cahaya Ar Rahman untuk menghadiri seremonial penutupan Arabic Camb Program Mustaqilli.  Ada beberapa hal menarik yang ingin kami tuliskan dari acara ini.

Dalam acara yang berlangsung dari pukul 09.00 WITA ini kami disuguhi beberapa maklumat oleh tim Mustaqilli.  Diantaranya tentang pentingnya penguasaan bahasa Arab bagi generasi kaum muslimin.

Ada semacam sesi uji publik dalam acara ini.  Dimana para peserta arabic camp yang terdiri dari anak-anak SMP kelas 7 dan SMA kelas 10 diuji kemampuan bahasa Arabnya secara spontanitas.  Kegiatan ini mirip dengan kegiatan Imtihan di Qiraati.

Peserta diuji hafalan mufradatnya, dasar-dasar qoidah bahasa Arab dan kemampuan mengolah kata menjadi kalimat.  Intinya kemampuan dasar dalam berbahasa.

Kami rasa kegiatan Arabic Camp ini cukup efektif untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa Arab.  Setidaknya paradigma yang tadinya menganggap bahasa Arab itu sulit, kini berubah menjadi mudah dan menyenangkan.

Bisa karena biasa, kira-kira itulah pesan penting dari kegiatan tadi.  Kami menangkap pesan ini dari apa yang telah dijalani siswa-siswi selama mengikuti program Arabic Camp. Kebanyakan mereka bermula dari nol lalu diperkenalkan dengan pembiasaan selama satu bulan penuh hanya belajar bahasa Arab saja.

Memanglah untuk meraih sebuah keahlian itu diperlukan waktu dan pengulangan.  Agar pengulangan itu bisa terus dilakukan maka perlu strategi pembelajaran yang menyenangkan.  Inilah yang dilakukan oleh tim Mustaqilli.

Ada pesan penting dari penemu Metode Mustaqilli, K.H. Agus Suhaib, S.Ag, Lc.  Kata beliau, _"tidaklah seorang guru layak dikatakan sebagai guru ketika dia tidak memahami sistematika buku"_.

Iya, untuk mengajar bahasa Arab di metode Mustaqilli ini memang bukan sembarang orang. Setidaknya dia memiliki kemampuan bahasa Arab yang cukup dan mengerti cara mengajar sesuai metode yang digariskan oleh Mustaqilli.

Guru yang profesional harus mengerti tahapan mengajar.  Tidak boleh asal-asalan dalam mengajar.  Dia harus paham target waktu dan materi.  Menguasai strategi yang paling tepat dalam menuntun para murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan.

Sehingga dalam mengajar seorang guru itu tidak seperti berada di dalam hutan rimba.  Atau seperti air mengalir saja tanpa tau arah dan tujuan. Iya kalau mengalir ke tempat yang baik, kalau mengalirnya ke arah comberan bagaimana coba?

Inilah kenapa dalam mengajar, seorang guru itu harus melakukan berbagai persiapan.  Bukan asal terjun ke lapangan.  Kata pepatah, _"Jika kau naik panggung tanpa persiapan, maka siap-siaplah turun panggung tanpa penghormatan"_.

Ketika seorang guru mampu menumbuhkan kecintaan para murid pada pelajaran, disanalah awal dari keberhasilan.  Karena ketika seorang murid sudah mencintai belajar, dia akan berkembang secara mandiri bahkan bisa saja melampaui batas-batas yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Tugas kita sebagai guru adalah memberikan mereka modal awal yang cukup.  Selanjutnya memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan keilmuan mereka.

Kembali ke bahasa Arab tadi, apa yang dicapai anak-anak dengan program mustaqilli adalah awal yang cukup baik bagi mereka.  Kata seorang wali santri yang juga alumni pondok pesantren dan guru bahasa Arab, " Ketika anak-anak telah tumbuh minat mereka terhadap bahasa Arab secara mandiri tanpa dipaksa, Insya Allah hasilnya akan sangat luar biasa".

Kami kira apa yang beliau katakan itu ada benarnya.  Menumbuhkan kemauan yang kuat untuk belajar apa saja merupakan sesuatu yang tidak mudah.  Tapi bukan berarti tidak bisa kita lakukan pada murid kita.

Kuncinya adalah pada metodologi yang baik dalam proses belajar mengajarnya.  Dan untuk menemukan metodologi semacam ini tentu tidak bisa instan.  Kalau tidak salah KH. Agus Suhaib, S.Ag, Lc saja ketika beliau melakukan penelitian untuk menemukan dan menuliskan metode mustaqilli perlu waktu sekitar 7 tahun.

K.H. Dahlan Salim Zarkasyi ketika meneliti metode Qiraati juga perlu waktu bertahun-tahun.  Hasilnya bisa kita lihat betapa efektifnya metode-metode tersebut dalam proses pembelajaran.

Namun, ada pesan penting dari itu semua.  Kunci keberhasilan dalam belajar apapun adalah kesungguhan.  Kesungguhan lahir dari kesadaran.  Sementara kesadaran berawal dari pemahaman yang benar.

Pemahaman yang benar akan melahirkan kecintaan dan konsistensi dalam menjalankan apa yang diyakini.  Inilah tugas besar para guru.

_Semoga kita mampu menjadi guru-guru terbaik bagi anak-anak didik kita._

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...