Oleh : Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A., M.Pd., C.ISP, C.LQ
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Barangsiapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhannya.”
{Imam
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, cet. 2010}
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, kesuksesan sering diukur
dari popularitas, jabatan, atau harta. Padahal, kisah para ulama klasik
mengingatkan: kemuliaan sejati lahir dari amal saleh, takwa, dan tawakal kepada
Allah. Imam Hatimul Asam, ulama Khurasan yang menuntut ilmu selama 30 tahun
dari Imam Syaqiq Al-Balhi, memberi kita pelajaran abadi: hidup berkah bukan
soal dunia semata, tetapi kualitas hubungan kita dengan Allah dan sesama.
1. Amal Saleh:
Kekasih Sejati
لَا صَدِيقَ لَكَ إِلَّا عَمَلُكَ الصَّالِحُ
“Tidak ada kekasih yang setia menemani ke dalam kubur selain amal saleh.”
[Imam Hatimul Asam, al-Fawaid al-Muta’alliqa
bi al-Tazkiyah, cet. 1998]
Harta dan popularitas tidak akan menemani di akhirat. Shalat,
sedekah, dan menolong sesama adalah teman abadi. Tafsir al-Jalalayn menekankan
bahwa amal saleh memberi ketenangan hati dan pahala yang terus mengalir. Di era
digital, viral atau dikenal banyak orang tidak menjamin keberkahan jika
meninggalkan ibadah.
2. Kendalikan
Nafsu, Utamakan Akal
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَهُ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Dan adapun orang yang menahan nafsu dari kehendaknya, maka surga
itulah tempat tinggalnya.” [Q.S At-Takwir: 12-13, Tafsir Ibnu Katsir,
cet. 2005]
Menahan hawa nafsu—misal belanja impulsif atau ikut tren tanpa pertimbangan—merupakan disiplin yang menghasilkan pahala. Mengendalikan diri memberi ruang untuk bersedekah dan menolong orang lain.
3. Harta untuk Amal, Bukan Sekadar Dikumpulkan
مَا عِنْدَكُمْ يَفْنَى وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang ada di sisimu akan habis, dan apa yang ada di sisi Allah kekal.”
[Q.S.An-Nahl: 96, Tafsir al-Mawardi, cet. 2003]
Harta hanyalah sarana, bukan tujuan. Menyumbang untuk pendidikan,
kesehatan, atau membantu yatim adalah investasi abadi. Dalam konteks modern,
ini berarti harta yang digunakan untuk kebaikan memberi dampak sosial sekaligus
pahala di akhirat.
4. Takwa adalah
Jalan Kemuliaan
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa.” — [Q.S.Al-Hujurat: 13, Tafsir al-Qurtubi, cet. 2002]
Takwa mengalahkan harta dan jabatan. Kemuliaan hakiki tercermin
dari ketaatan, bukan status sosial. Ayat ini mengingatkan kita untuk fokus pada
ibadah dan akhlak, bukan pengakuan duniawi.
5. Jangan
Hasad, Terima Ketetapan Allah
وَنَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا
“Dan sesungguhnya Kami telah membagi segala sumber kehidupan mereka di
dunia.”
[Q.S Al-An’am:
141, Tafsir al-Baghawi, cet. 2004]
Rezeki setiap orang telah ditentukan. Iri hati hanya membuang
energi. Fokus pada syukur dan maksimalisasi rezeki relevan dengan kompetisi
karier atau usaha modern.
6. Musuh Sejati
Adalah Setan
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya setan itu musuhmu yang nyata, maka jadikanlah ia sebagai
musuh.”
[Q.S Fathir: 6,
Tafsir al-Jalalayn, cet. 2003]
Fokus melawan
godaan setan, bukan manusia. Di zaman digital, berhati-hati dengan pengaruh
negatif media sosial atau gosip yang merusak akhlak.
7. Keyakinan
pada Rezeki Allah
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Tidak ada sesuatu yang melata di bumi kecuali rezekinya ada pada
Allah.”
[Q.S.Hud: 6,
Tafsir al-Mawardi, cet. 2003]
Percaya Allah
menjamin rezeki memberi keberanian untuk bekerja dan berinovasi. Konsep tawakal
aktif: berusaha maksimal sambil yakin hasil di tangan Allah.
8. Bertawakal
kepada Allah
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.”
[Q.S. At-Talaq:
3, Tafsir al-Qurtubi, cet. 2002]
Tawakal
menenangkan hati dan mempermudah pengambilan keputusan. Serahkan urusan dunia
dan akhirat kepada Allah setelah berusaha maksimal.
Delapan hikmah
Imam Hatimul Asam menegaskan: hidup berkah bukan soal harta, jabatan, atau
popularitas, tetapi amal saleh, takwa, dan tawakal. Mulailah hari ini:
- · Prioritaskan amal saleh setiap langkah.
- ·
Kendalikan
hawa nafsu dan ambil keputusan bijak.
- ·
Bertawakal
sepenuhnya kepada Allah.
Amalkan delapan hikmah ini agar hidup lebih bermakna dan berkah. Jangan tunggu besok—jadikan amal saleh teman sejati hari ini.
Referensi
- Ø Al-Qur’an al-Karim, Tafsir Ibnu Katsir, al-Mawardi, al-Qurtubi,
al-Baghawi, al-Jalalayn (cet. 2002–2005)
- Ø Imam Hatimul Asam, al-Fawaid al-Muta’alliqa bi al-Tazkiyah, cet.
1998
- Ø Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, cet. 2010
- Ø Kisah ulama klasik: Hatimul Asam (Khurasan, wafat 237 H)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar