Jumat, 07 Februari 2020

MENIMBANG MASALAH DENGAN SYARIAH


*Oleh : Abu Afra*
t.me/AbuAfraOfficial

Pada sekitar tahun 2009 ada sebuah program Talk show dakwah radio yang di gawangi oleh Ust. Iwan Januar dan Ust. Olih Sholihin.  Acara ini siarkan oleh radio-radio sampai ke daerah-daerah.  Nama program tersebut adalah Voice of Islam.

Ada pesan yang sangat terngiang-ngiang dari program dakwah tersebut.  Diantaranya adalah pesan yang disampaikan melalui soundtrack yang menghantarkan sebelum atau setelah mulainya dialog pada program tersebut.  Petikan lirik soundtracknya adalah,
``` " ALLAH MENGUJI KITA DENGAN MASALAH.  ALLAH PUN TELAH SIAPKAN SOLUSINYA.  UNTUK MENGUJI DIANTARA HAMBANYA. SIAPAKAH HAMBA TERBAIK..MARI..MARI..MENIMBANG MASALAH..2X
DENGAN SYARIAH...VOICE OF ISLAM.```

Bagi kita seorang muslim, cukuplah dikatakan bermasalah ketika kita tidak mampu memahami skala prioritas dalam hidup ini.  Ketika yang wajib diabaikan, yang sunnah disepelekan, perkara mubah menyibukan kita dan sesuatu yang makruh dianggap enteng lalu yang haram mulai dikerjakan.

Dalam istilah para ulama ada namanya fiqih awlawiyat atau fiqih prioritas.  Kita perlu paham terkait hal ini, agar tidak salah langkah dalam menjalani kehidupan.  Karena tentu dalam kehidupan ini kita perlu timbangan yang benar agar masalah-masalah yang muncul dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Kadang kala masalah itu ada yang tidak selesai-selesai.  Asbabnya bukan karena tidak ada jalan keluarnya, tapi karena kita sendiri yang betah berada dalam masalah. Tak kunjung beranjak dari masalah tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena kejahilan kita sendiri terhadap masalah yang ada pada diri kita.  Merasa bahwa itu bukan masalah, padahal sesungguhnya itu adalah masalah besar.

Kejahilan ini terjadi karena kurangnya ilmu kita mengenai hal tersebut.  Atau bisa jadi kita sudah punya pengetahuan akan hal itu, namun kehilangan kesadaran.  Akibatnya merasa tidak penting lalu cenderung mengabaikannya dan membiarkannya.

Seseorang yang sering bangun kesiangan misalnya.  Lalu berdampak pada tertinggalnya dia dalam banyak keutamaan seperti shalat shubuh berjamaah, shalat fajar, shalat witir, shalat tahajjud dan keberkahan waktu shubuh.  Maka hal ini jika terjadinya terus menerus artinya ada masalah besar pada diri orang tersebut.

Boleh jadi dia tidak paham akan keutamaan waktu yang dia lalaikan itu.  Boleh jadi pula dia sudah paham tetapi belum meyakininya.  Atau boleh jadi ada pola kebiasaan yang salah yang menjadikan dia tak mampu melaksanakannya.

Disinilah pentingnya memetakan masalah.  Dalam ilmu pengembangan bisnis kita mengenal ada analisis SWOT. 
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT.  Skill ini perlu juga kita miliki dan kita terapkan pada diri kita pribadi.

Kita harus memiliki kesadaran yang benar mengenai apa yang menjadi kelemahan kita, disinilah sumber masalah biasanya muncul.  Kemudian kita juga harus tahu apa yang menjadi kekuatan kita.  Selanjutnya paham peluang yang ada serta tantangan yang akan dihadapi.

Skill ini akan menuntun kita untuk menyelesaikan permasalahan secara benar.  Tentu dibarengi dengan pemahaman yang cukup dalam sudut pandang syariah.

Yang harus kita sadari adalah bahwa setiap masalah yang muncul pasti ada solusinya.  Sebagaimana setiap penyakit pasti ada obatnya.  Tinggal bagaimana kita menemukannya.

Masalah itu ada yang bisa kita selesaikan sendiri, adapula yang harus dibantu oleh orang lain.  Bagaimana kita bisa tahu masalah kita? Jawabnya adalah sering-seringlah bergaul dengan orang-orang yang merdeka, bukan dengan orang-orang yang terjajah oleh masalah.

Siapa mereka orang-orang yang merdeka itu? Orang-orang yang mampu keluar dari masalah pribadinya dan kesibukannya adalah mengurusi masalah ummat.  Para pengemban dakwah.  Berkumpulllah bersama mereka, sering-seringlah sharing bertukar pikiran dengan mereka.

Diantara manusia itu memang ada yang Allah pilih untuk menjadi marja (rujukan) bagi manusia lainnya.  Mereka lah orang-orang pilihan yang diberikan oleh Allah ketajaman pandangan.  Melalui mereka lah kita akan banyak mereguk banyak faedah.

Karakter mereka sudah Allah sebutkan melalui lisan Rasul-Nya, diantaranya.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:

*فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى النُّجُوْمِ. اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَاًرا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. الترمذي).*

_“Keutamaan sesorang ‘alim (berilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.” (HR. Tirmidzi)._

*مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ هُوَ الْمُعْطِيْ وَلاَ تَزَالُ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ.*

_“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) agama. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.” (HR. Al-Bukhari)._

Ini karakter mereka yang kita bisa berdekat-dekat dengannya.  Mengambil banyak faedah dari mereka.  Karena masalah itu muncul kebanyakan oleh kurangnya ilmu kita.  Membuka diri, membuka pikiran dan hati kita untuk menerima masukan dari orang lain yang kita anggap lebih berilmu dari kita atau lebih berpengalaman dari kita adalah salah satu kunci yang akan membuka masalah-masalah yang selama ini buntu.

Islam adalah agama yang paling sempurna dalam memerhatikan seluruh sisi kehidupan manusia. Oleh karena itu, Allah memerintah kita agar bertanya kepada ahlinya apabila kita tidak tahu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

*فَسۡ‍َٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ*

_“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” (an-Nahl: 43)_

Ayat ini berlaku umum dalam segala urusan, baik urusan dunia maupun urusan agama.  Lalu, kepada siapa kita harus bertanya? Ayat di atas sudah menjawab pertanyaan tersebut. Urusan agama ditanyakan kepada ulama (orang yang berilmu dalam hal agama), dan urusan dunia ditanyakan kepada ahlinya.

Dalam istilah pengembangan diri kita mengenal yang namanya Coach atau Mentor.  Dalam dunia dakwah kita mengenal para Musyrif atau Musyrifah.  Dalam dunia sufi ada Guru Mursyid atau para Murabbi. Kepada merekalah hendaknya kita bertanya dan berbagi cerita tentang masalah-masalah kita.

Sehebat-hebatnya kita tetaplah kita memiliki titik lemah.  Sebagaimana seringkali disampaikan oleh para motivator, kita ini punya titik buta. Punya bilndspot.  Kita perlu orang lain untuk membantu menyelesaikan beberapa kelemahan dan persoalan yang kita hadapi dalam hidup ini.

Inilah kenapa kita perlu berjamaah.  Disanalah kita akan menemukan mentor-mentor terbaik kita.  Masalah yang berat akan menjadi ringan ketika dibagi bebannya.

_Semoga Mencerahkan_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...