Minggu, 05 Maret 2017

ULAMA SALATHIN



Hadits 'Ulama bergaul erat dengan penguasa:

إذا رأىت العا لم يخالط السلطان مخالطه كثيرة فاعلم بانه لص [ الديلمى ] ه

"Apabila kamu melihat seorang 'ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwasannya dia adalah pencopet"  (Al-Daylamiy).

Banyaknya kalangan pemuka agama (atau yang disebut 'ulama, ustadz, kyai dll.) terlibat pada politik praktis dan tidak sedikit pula yang terlibat dalam kasus korupsi perlu mendapat perhatian khusus, hendaknya agar 'ulama menjaga jarak dengan penguasa.

Merujuk pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Addaylamiy di atas. "Rosululloh Muchammad SAW bersabda: Apabila kamu melihat seorang 'ulama yang bergaul erat dengan penguasa, maka ketahuilah bahwa dia adalah pencopet. (Hadits riwayat Addailamiy)."
Begitu pentingnya seorang 'ulama untuk menjaga dirinya agar tidak terjebak dengan praktek-praktek kotor yang bisa menurunkan marwahnya bahkan menciderai agamanya.
Melihat fenomena di seluruh dunia tentang pemahaman Hadits tersebut di atas, sangatlah terang benderang apabila di Indonesia sudah jelas buktinya.

Apa itu pengertian dari kata " 'Ulama " dan "Assu' ".......

Kata " 'Ulama " bentuk jamak dari " 'aliim " secara bahasa artinya orang yang berpengetahuan atau ahli ilmu. sedangkan kata " Assu' " adalah mashdar dari "sa'a-yasu'u-saw'an" yang berarti jelek, buruk atau jahat. dengan demikian kata " Al-'Ulama' Assu' " dapat diartikan secara bahasa yaitu orang berpengetahuan atau ahli ilmu yang buruk dan jahat.

Rosululloh SAW bersabda:
الآ إن شر الشر شرار العلماء وإن خير الخير خيار العلماء

"Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan 'ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan 'ulama". (Hadits Riwayat Addaylami).

Peran 'ulama bisa menentukan kebaikan dan bisa pula menentukan keburukan masyarakat. Addaylami menuturkan ketika Said bin Jubair ditanya tentang tanda-tanda kebinasaan masyarakat, ia menjawab "Jika 'ulama mereka telah rusak".

Abu Muslim Al-Kaulani mengatakan, bahwa 'ulama itu ada tiga macam:
  1. Seseorang yang hidup dalam ilmunya dan orang lain hidupbersamanya dalam ilmunya itu;
  2. Seseorang yang hidup dalam ilmunya, tetapi tidak seorangpun hidup bersamanya dalam ilmunya itu;
  3. Seseorang yang orang lain hidup bersamanya dalam ilmunya, tetapi hal itu menjadi bencana baginya.
Ibnu  Abi Hatim menuturkan dari jalan Sufyan Ats-Tsauri, dari Abu Hayan At-Taymi, bahwa 'ulama itu juga ada tiga golongan:
  1. Orang yang takut kepada Alloh dan mengetahui hukum-hukumNya, itulah orang alim yang sempurna;
  2. Orang yang takut kepada Alloh tetapi tidak mengetahui hukum-hukumNya;
  3. Orang yang mengetahui hukum-hukum Alloh tetapi tidak takut kepadaNya, dialah orang alim yang jahat (al-'alim al-fajir).


Pada 'ulama assu' atau fajir, ilmu yang dimiliki tidak dijadikan penuntun. ia tidak beramal sesuai dengan ilmu yang ia ketahui. Asy-Syathibi mengatakan " 'Ulama Assu' adalah ulama yang tidak beramal sesuai dengan apa yang ia ketahui".

Mengutip Qur'an Surat Al-A'rof ayat 146 yaitu "Inilah kondisi orang yang tidak beramal sesuai dengan ilmunya, tetapi mengikuti hawa nafsunya. itulah kesesatan, orang seperti itu (alim assu') adalah seperti ANJING".
Itu sebagaimana Firman Alloh dalam Qur'an Surat Al-A'raf ayat 175-176; ini seperti ulama assu'. "Diantara ulama assu' itu adalah ulama salathin yaitu ulama yang menjadi stempel penguasa."

Anas bin Malik R.A. menuturkan sebuah Hadits:
ويل لأمتي من علماء السوء يتخذون هذا العلم تجارة يبيعونها من امراع زمانهم ربحا للأنفسهم لا اربح الله تجارتهم

"Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama assu', meraka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. dan Alloh tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu. (HR Al-Hakim)".

Menurut Adz-Dzhabi, 'ulama assu' adalah ulama yang mempercantik kedzaliman penguasa dan ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa; ulama yang memutarbalikkan kebathilan menjadi kebenaran untuk penguasa; atau ulama yang diam saja (di hadapan penguasa) padahal ia mampu menjelaskan kebenaran.
Mendukung pilihannya (jadi Tim Sukses) dengan Dalil-Dalil ayat dan hadits. Anas meriwayatkan: "Ulama adalah kepercayaan para Rosul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik dengan dunia maka mereka telah mengkhianati para Rosul. Karena itu jauhilah mereka. HR Al-Hakim.
Hal tersebut karena jika ulama bergaul dengan penguasa dan sering mendatanginya sedang yang diharapkan adalah dunia. Tentu yang dimaksud bukan ulama yang datang untuk beramar makruf nahi munkar atau mengoreksi penguasa. atau kata Imam Al-Haddad "lilhajat dhlorurot" misal membuat KTP, sertifikat atau akta, penelitian, menyampaikan aspirasi masyarakat, atau membela orang yang didzolimi. Maka tak berdosa ulama datang ke penguasa kalau untuk urusan yang demikian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...