Selasa, 14 Januari 2020

Menjadi Sang problem Solver atau Sang Trouble Maker?


oleh : Abu Afra

Kadang motivasi unuk melakukan sesuatu itu bisa saja datang dari mana saja.  Bisa jadi dari group wa yang kita ikuti, dari teman ngobrol, atau dari sebuah masalah yang datang menghampiri.

Seperti motivasi untuk menulis tulisan ini, hadir ketika meihat beberapa tulisan yang dibuat oleh sebagian teman-teman di group-group sosmed yang saya ikuti.  Motivasi itu semakin menguat ketika waktu untuk menuangkan gagasan ini sudah di depan mata.
Walaupun banyak rintangan tidaklah menyurutkan langkah kami untuk merealisasikannya.

Dan tahukah anda? Pada saat saya mulai menulis kendala pertama saya adalah tidak berfungsinya beberapa tombol keyboard di laptop saya.  Setidaknya ada dua tombol yang tidak berfungsi dengan baik yaitu tombol huruf T dan tombol huruf L.

Sehingga setiap saya menuliskan kata yang ada memuat dua huruf ini maka terpaksa saya harus menggunakan aplikasi On-Screen Keyboard. Kebayang kan bagaimana repotnya? Dan anda bisa hitung sendiri ada berapa huruf T dan huruf L dalam tulisan ini.  Tentu saja amat sangat menguras waktu dan menguji kesabaran. Tapi dari sinilah saya dapatkan ide tulisan ini.

Pointnya dalam sebuah organisasi/lembaga/jamaah,  jika ada organ yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik sesuai tupoksinya, maka akan sangat mengganggu jalannya sebuah sistem di organisasi tersebut.

Di dalam tubuh manusia juga demikian, jika ada satu saja organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik maka akan fatal akibatnya bagi kesehatan.

Dalam istilah yang lain ada yang disebut dengan trouble maker ada pula yang disebut dengan Problem solver.
Nah pilihan ada di tangan kita. Jika kita berada dalam sebuah lembaga/organisasi/korporasi/jamaah dakwah.

Apakah kita ini menjadi sosok problem solver atau malah trouble maker?

Jika dijawab secara retoris mungkin semua orang akan menjawab dengan jawaban yang sama.  Ya, mereka akan jawab ingin menjadi seorang problem solver tapi pada kenyataannya dilapangan kita akan menemukan tidak semua yang mengatakan demikian sejalan dengan perkataannya.

Menjadi problem solver tentu tidak sama dengan menjadi trouble maker. Bedanya dimana? tentu yang paling jelas adalah pada hal-hal yang tidak normal atau pada kondisi-kondisi sulit.

Trouble maker akan cenderung menjadikan kondisi yang sulit akan semakin rumit.  Sementara si problem solver akan menjadikan situasi yang sulit menjadi lebih mudah.

Kemampuan mencari solusi atas permasalahan yang tengah dihadapi adalah skill yang wajib dimiliki bagi siapa saja yang ingin menjadi sosok problem solver.

Menjadi problem solver sudah tentu perlu pengorbanan.  Namun pengorbanan yang dikeluarkan pastilah sesuai dengan hadiah yang telah Allah siapkan. Al Jazaa'u min jinsil 'amaal.

Apa lagi seorang pengemban dakwah. Dia harus senantiasa menjadi problem solver.  Karena memang itulah tugas utama dia sebagai da'i atau _da'iyah. _Ri'ayatus su'unil ummah bi ahkamis syari'ah.

Untuk menjadi seorang problem solver dibutuhkan ketekunan untuk senantiasa mengupgrade keilmuan dan keahlian. Karena kalau tidak, maka yang terjadi justru sebaliknya bukan menjadi problem solver tapi trouble maker.

Sudah menjadi hal yang lazim, bahwa masalah itu biasanya muncul karena ketidaktahuan kita terhadap jawaban atau solusi atas masalah tersebut. Maka benarlah apa yang dikatakan Allah SWT di dalam firmannya, bahwa ada sebagian manusia itu yang mengira telah melakukan perbaikan di muka bumi ini.  Tetapi justru amal mereka itu malah dihukumi oleh Allah sebagai pembuat kerusakan.

Lihatlah misalkan di dalam Q.S Al Baqarah ayat 11-12.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُون

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ


Maka agar kita tak menjadi trouble maker tambah terus daya kemampuan kita memecahkan masalah. Biar gak jeglek kalau kata Ustadz Abu Bakar Dahlan.

Jangan merasa cukup dengan skill yang kita miliki saat ini. Perbanyak belajar dan berlatih.

 Menjadi problem solver adalah tugas kita semua.

Terlebih lagi bagi seorang Guru para Juara. Pembangun fondasi peradaban mulia yang akan mempersiapkan kejayaan Islam di masa depan.

Semoga Allah menjadikan kita guru-guru terbaik yang menjadi problem solver dimanapun kita berada.
Amiin Ya Rabbal 'Alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...