Selasa, 28 Januari 2020

MENULISLAH DEMI PERUBAHAN


_Oleh : Abu Afra_
t.me/AbuAfraOfficial

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading.  Sementara manusia mati meninggalkan kenangan dan sejarah yang diukirnya ketika dia hidup di dunia.

Kita harus sadar bahwa kehidupan yang kita jalani sekarang ini pasti akan berakhir.  Oleh sebab itu, mulai sekarang kita harus berpikir sejarah apa sih yang ingin kita torehkan dalam kehidupan yang singkat ini.

Berlalu satu periode umur kita berarti bertambah tua lah kita ini.  Artinya semakin dekat pula kita dengan kematian.  Lantas jika demikian, apakah kita mau setelah kita mati kemudian hilang dan terlupakan?

Kita mengenal wali songo dari literatur sejarah kita.  Kita juga mengenal ulama-ulama mazhab dari karya tulis mereka.  Banyak orang- orang besar yang telah ratusan bahkan ribuan tahun meninggalkan dunia ini namun manusia setelahnya masih tetap merasakan keberadaan mereka. 

Kenapa bisa demikian? karena mereka mengukir sejarah mereka sendiri dengan apik dan rapi.  Mereka tinggalkan dunia ini dengan karya berharga yang manfaatnya masih bisa dirasakan oleh manusia setelahnya.

Jika kita berbuat baik semasa hidup kita, yang bisa merasakan kebaikan kita hanyalah orang yang hidup sezaman dan pernah berinteraksi dengan kita.  Akan tetapi ketika kita mampu menorehkan kebaikan itu dalam bentuk tulisan, maka lintas generasi akan ikut merasakan kebaikannya.

Maka mulai sekarang siapapun kita, MENULISLAH!.  Sudah waktunya sejarah dunia ini kita warnai dengan karya-karya terbaik kita.  Sebagaimana dahulu para ulama kita telah mencontohkannya.

Salah seorang guru kami Al Ustadz Abdul Hafidz pernah menjelaskan.  Diantara rahasia kenapa para ulama kita mampu meninggalkan karya tulis sedemikian banyaknya.  Adalah karena mereka memiliki kebiasaan menuliskan apa yang mereka dapatkan dari guru-guru mereka.  Tanpa pernah berpikir apakah tulisan mereka itu akan terbaca oleh orang ataukah tidak, atau menebak-nebak apakah bagus ataukah jelek tulisan itu. 

Bagi para ulama kita dahulu, menulis adalah bentuk ibadah yang mudawamah mereka lakukan.  Dengan harapan mendapatkan keridhoan Allah SWT saja.  Karena itulah para ulama kita sangat luar biasa produktif dalam menghasilkan karya tulis.    Dan wajar jika tulisan-tulisan mereka kemudian terus dibaca dan dikaji manusia dari masa ke masa.

Adalah Muhammad bin Jarir ath-Thabari atau lebih dikenal Ibnu Jarir ath-Thabari. Beliau hidup pada abad ke-3 Hijriyah. Ath-Thabari adalah nama yang lumayan masyhur, terutama dalam bidang ilmu tafsir. Beliau adalah penulis kitab tafsir terkenal Jami’ul Bayan ‘an Ta’wilil Ayil Qur’an atau yang lazim dikenal Tafsir Ath-Thabari. Ath-Thabari juga merupakan penulis kitab sejarah Islam yang sangat tebal dan populer Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk. Dua buku itu saja sudah menunjukkan kecakapan beliau dalam hal menulis. Sedangkan kitab-kitab tulisan beliau masih banyak lagi.

Dalam suatu riwayat, seorang sejarawan menyebutkan bahwa Ibnu Jarir ath-Thabari memiliki kebiasaan menulis sebanyak 40 lembar dalam sehari. Bayangkan, bukan 40 kata atau 40 kalimat apalagi cuma 40 huruf. Tapi 40 lembar! Menulis 40 lembar dalam sehari dan secara rutin tentu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang kuat otak dan fisiknya. Dan Ibnu Jarir ath-Thabari menjadi salah seorang yang Allah karuniai dengan nikmat sanggup memanfaatkan waktu luang sehingga bisa merutinkan menulis sebanyak itu.

Ibnu ‘Aqil pernah menulis sebuah kitab bertajuk Al-Funun, semacam kitab bunga rampai yang berisi tulisan-tulisannya tentang berbagai bidang kehidupan. Tahukah kamu, dalam satu riwayat disebutkan bahwa buku Al-Funun tersebut tebalnya mencapai 800 jilid! Jika jilid-jilid tersebut ditumpuk, kira-kira tingginya adalah 40 meter. Tentu kita bisa bayangkan seberapa tebalnya buku itu dan seberapa serius serta gigihnya si penulis saat menulis buku tersebut.

Selain mereka ada banyak lagi ulama yang meninggalkan banyak karya tulis yang sangat berharga.  Mereka tetap hidup di tengah-tengah manusia di saat orang-orang yang pernah hidup sezaman mungkin telah banyak dilupakan.

Mungkin ada yang bilang, ah zaman sekarang nulis udah gak penting.  Teknologi sudah canggih dan kecenderungan manusia sudah bergeser.  Mereka lebih senang dengan yang instan untuk memperoleh informasi.  Gambar meme dan video pendek lebih diminati.

Oke, mungkin anda benar.  Tapi ketahuilah semaju apapun zaman karya tulis tetaplah memegang peranan.  Sehebat apapun seseorang jika tak mampu menghasilkan karya tulis maka tetap akan ada yang kurang.

Gelar akademik saja hanya akan diberikan jika anda telah mampu menghasilkan sebuah karya tulis ilmiyah.  Karena memang ada hal-hal yang tidak bisa tuntas dibahas kecuali lewat tulisan.

Nah, melalui karya tulis itulah ilmu-ilmu yang sangat berharga nilainya masih bisa kita temukan. 

Walaupun para ilmuan yang menemukannya telah lama meninggalkan kita.

Risalah Islam yang mulia ini pun masih bisa kita rasakan keagungannya diantaranya karena pena para Ulama.  Maka seorang aktifis dakwah yang merindukan kejayaan Islam sudah seharusnya meneladani mereka.  Tidak mencukupkan diri berdakwah secara lisan saja, tapi juga melalui tulisan.

Tulisan anda adalah masa depan dunia.  Maka, ukirkan sejarah terbaik dengan tulisan-tulisan terbaik kita.  Jadikan tulisan kita sebagai amal jariyah yang tiada putus-putusnya. Demi dakwah, demi kejayaan Islam di masa depan.

_Wallahu musta'an_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...