Senin, 27 Januari 2020

MUTIARA DAN PENGORBANAN*


*_Oleh  : Abu Afra_*

t.me/AbuAfraOfficial


Untuk mendapatkan sesuatu yang berharga itu memang butuh pengorbanan.  Tidak bisa instan kawan.  Untuk mendapatkan santan saja, kelapa harus dikupas dulu, kemudian di parut dan diperas.

Untuk mendapatkan mutiara yang sangat berharga seseorang harus menyelam dulu di lautan yang dalam.  Jadi memang sekali lagi sesuatu yang berharga itu tidak instan.  Perlu perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkannya.

*Al Jazaa'u min jinsil 'amal ( Balasan itu bergantung bobot amal perbuatan).*  Ketika kita berharap hasil yang terbaik tapi usaha yang dikeluarkan malah terbalik itu namanya belum klik.

Sudah menjadi sunnatullah ketika kita berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu yang berharga maka tentu saja ada pula hal-hal lain yang harus dikorbankan.

Kalo istilah seorang teman, seperti teori pembayaran.  Kita mau bayar di depan atau bayar dibelakang.  mau bayar kontan atau bayar cicilan.

Kalo kita pengen dapat enak di belakang maka depannya kudu susah-susah dulu.  Tapi jika kita di awal tidak mau repot, maka dibelakang kita akan direpotkan.

Saya teringat dulu pernah baca di sebuah majalah.  Seorang Ade Rai binaragawan top sekitar tahun 90an, dia punya kebiasaan berlatih yang berbeda dengan orang kebiasaan.  Termasuk dari sisi pola makan.

Perbedaan itu bermula dari bedanya paradigma dari orang kebanyakan.  Misal, jika kebanyakan orang beranggapan olahraga itu melelahkan dan tidak menyenangkan.  Maka dia malah beranggapan sebaliknya.  Kalau tidak olahraga maka merasa lelah dan tidak menyenangkan.

Maka wajar jika hasilnya juga berbeda dari orang biasa.  Posturnya sampai pada titik sempurna untuk ukuran seorang binaragawan.

Dalam dunia pendidikan kita juga mengenal mutiara-mutiara berharga.  Mutiara berharga itu adalah para Ulama.  Ada banyak sekali kisah pengorbanan mereka dalam menuntut ilmu pengetahuan.  Sehingga wajar jika mereka meraih kesuksesan.   Semoga bisa menjadi pelajaran dan teladan bagi kita untuk bersemangat menjalankan aktifitas ilmiyyah sebagaimana pernah dicontohkan oleh mereka.  Diantaranya seperti : menempuh perjalanan menghadiri majelis ilmu, mencatat, murojaah (mengingat kembali pelajaran yang sudah didapat), membaca buku-buku para Ulama’, merangkum, meringkas, menyadur dan menyalin tulisan para ulama, mencatat faidah-faidah ilmu yang kita lihat dan dengar, mendengarkan rekaman ceramah-ceramah ilmiyyah melalui file-file audio, dan semisalnya.

 Sesungguhnya menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan menurut al-Imam asy-Syafi’i:

*طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ*

_Menuntut ilmu lebih utama dibandingkan sholat Sunnah (Musnad asySyafi’i (1/249), Tafsir alBaghowy (4/113), Faidhul Qodiir (4/355)._

Kisah-kisah nyata berikut ini sebagian besar disarikan dari kitab AlMusyawwaq ilal Qiro-ah wa tholabil ‘ilm karya Ali bin Muhammad al-‘Imran.

Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata :
 _"Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku"_

Al-Hasan alLu’lu-i selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.

Al-Hafidz Abul ‘Alaa a-Hamadzaaniy menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab Ibnul Jawaaliiqy.

Ibnul Jauzy  sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab Al-Khothib al-Baghdady membaca Shahih al-Bukhari dalam 3 majelis ( 3 malam), setiap malam mulai ba’da Maghrib hingga Subuh (jeda sholat).

Sebagai catatan,  Shahih AlBukhari terdiri dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu kali majelis (satu malam) dibaca 2336 hadits.

Abdullah bin Sa’id bin Lubbaj al-Umawy dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama seminggu dalam sehari 2 kali pertemuan (pagi dan sore) di masjid Qurtubah Andalus setelah beliau pulang dari Makkah.

*Catatan : Shahih Muslim terdiri dari  5362 hadits.*

Al-Hafidz Zainuddin al-Iraqy membaca Musnad Ahmad dalam 30 majelis (pertemuan).

 *Catatan : Musnad Ahmad terdiri dari 26.363 hadits*

Sehingga rata-rata dalam sekali majelis membacakan lebih dari 878 hadits.

Al-‘Izz bin Abdissalaam membaca kitab Nihaayatul Mathlab 40 jilid dalam tiga hari (Rabu, Kamis, dan Jumat) di masjid. Al-Mu’taman as-Saaji membaca kitab al-Fashil  465 halaman (kitab pertama tentang Mustholah hadits) dalam 1 majelis.

Bayangkan sungguh pengorbanan mereka untuk ilmu sangat luar biasa.  Bahkan bisa dikatakan di luar logika manusia pada umumnya.

Tapi begitulah adanya dan hasilnya juga tidak biasa.  Maka memanglah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan pengorbanan.

Guru kami Al Ustadz Abu Bakar pernah mengatakan,  _"Jadi guru itu harus rajin baca (Iqro).  Kalo gak nanti jadinya *_KAADZIBATIN KHAATI'AH_*.  Sudahlah sering dusta banyak salahnya lagi."_

Jangan sampai kita seperti ini.  Maka itulah harus rajin baca, rajin ngaji, rajin tambah daya.  Tidak mudah merasa puas dengan apa yang ada.

Memang tidak mudah kalo mau tambah daya.  Ada pikiran yang tersita, waktu yang harus dialokasikan, energi yang mesti disediakan.  Atau mungkin harta yang harus dikeluarkan.  Tapi ingatlah balasan itu tergantung besarnya usaha yang dikeluarkan.

_*Semoga Mencerahkan*_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...