Selasa, 14 Januari 2020

Jantung dan Iman Kita



oleh  : Abu Afra

Tadi malam kami berkesempatan membesuk beberapa teman yang dirawat di rumah sakit C.  Ada yang dirawat karena terkena virus hepatitis  yang memang lagi mewabah, ada pula yang terkena masalah usus buntu sehingga mengharuskan penanganan lewat operasi bedah. Istri bercerita 2 tahun yang silam sebelum kami dipersatukan dalam bahtera ikatan pernikahan, yang memang saat itu sedang berproses untuk agar bisa menjadi sahabat sehidup sesurga di tempat yang sama dia juga mengunjungi sepupunya teman tadi yang juga harus menjalani operasi karena bermasalah di jantung. Yang memang beliau dan istrinya adalah orang yang dipilih Allah sebagai perantara penyatu kisah asmara kami. Semoga Allah melimpahkan keberkahan dalam hidup dan keluarga mereka, aamiin..

Nah jadi, sehingga katanya harus dilakukan pemasangan cincin di jantungnya.  Kita tahu penyakit jantung koroner adalah pembunuh nomor 1 di dunia katanya.

Ngomong-ngomong soal jantung, memang perannya sudah maklum sangat vital dalam tubuh manusia.  Ketika jantung berhenti berdetak, maka berhentilah kehidupan manusia.

Peran jantung ini kalau kita analogikan sebenarnya mirip dengan peran ideologi yang lahir dari aqidah aqliyah seseorang.  Dimana dari aqidah itu lahirlah ruh atau idrak sillatu billahi ta'ala (kesadaran akan hubungan dengan Allah SWT).

Maka ketika ruh ini hilang pada diri manusia. Sejatinya dia telah mati sebelum kematian sendiri terjadi.  Bagaimana tidak, ruh itulah yang menggerakan seseorang untuk beramal sholeh.

Dalam bahasa Al quran, ruh ini diistilahkan dengan iman.  Seringkali disebut berdampingan dengan amal sholeh. Setidaknya menurut sebagian Ulama disebut sebanyak 174 kali pengulangan di berbagai tempat.

Ini menunjukan betapa pentingnya memperhatikan masalah iman.  Sebagaimana fungsi jantung di dalam tubuh kita yaitu memompa aliran darah ke seluruh tubuh, begitu pula fungsi iman.

Iman lah yang mampu menggerakan seseorang untuk ikhlas beramal sholeh.  Iman pula yang menjadikannya istiqomah dalam beramal.  Jika iman telah hilang, maka terhentilah segala kebaikan.  Jika iman sakit maka amal pun akan sakit pula.

Iman itu kata para ulama bisa bertambah bisa pula berkurang.  Bertambahnya dengan amal ketaatan dan berkurangnya dengan amal kemaksiatan.

Sebagaimana jantung juga yang membutuhkan perawatan agar senantiasa sehat, iman pun demikian adanya.  Rawat jantung dengan mengkonsumsi yang thoyib dan rawat iman dengan senantiasa menjaga ibadah serta konsistensi dalam menambah tsaqofah.

Jika masalah pada jantung harus ditangani segera, maka demikian pula pada iman kita.  Jangan sampai masalah kronis menyerang keimanan kita dan kita membiarkannya.

Kesyirikan, Keragu-raguan akan janji Allah, sangka buruk terhadap taqdir Allah, dan penyakit-penyakit hati lainnya adalah bentuk masalah kronis yang bisa menggerogoti keimanan kita.  

Maka menyadari dengan sesegera mungkin adalah langkah awal dalam menyelematkan iman kita. Lantas bagaimana caranya mendeteksinya?

Sebagaimana masalah pada jantung bisa cepat kita deteksi ketika kita rajin MCU ke dokter, begitu pula masalah pada iman kita akan cepat terdeteksi kalau kita rajin  hadir di majelisnya para 'Alim ulama.

So, mari kita jaga iman kita sebagaimana kita menjaga kesehatan jantung kita.  Agar kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa produktif dalam beramal sholeh sepanjang hidup kita di dunia.

Semoga Bermanfa'at.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...