Sabtu, 25 Januari 2020

APAPUN MASALAHNYA ISTIGHFAR SOLUSINYA


_Oleh : Abu Afra_

Masalah itu ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan.  Begitu kata seorang teman dalam sebuah diskusi ringan ditemani kopi hitam.

Sebenarnya saat itu kita sedang bahas sirah nabawiyah eh tahunya diskusi ngelantur sampai ke masalah rumah dan maisyah.  Begitulah omongannya aktifis dakwah semuanya berkah insya Allah.

Siapa sih yang tidak punya masalah di dunia ini? saya rasa tidak akan ada.  Bahkan anak kecil pun punya masalah.  Yang bilang tidak punya masalah biasanya justru itu indikasi bahwa yang bersangkutan sedang dalam masalah.

Kok gitu? lah iya itu artinya masalah dia  adalah tidak punya kesadaran terhadap masalah dia sendiri.  Ini masalah besar!

Ada orang yang terlilit masalah utang piutang.  Kalo kata Coach Arli Kurnia sumber utang itu biasanya cuman dua aja.  Kalau gak gengsi,  yaa spekulasi.  Maka ketika anda ingin menyelesaikan utang anda tentukan dulu akar masalahnya apa.

Begitu pula masalah yang lainnya.  Hal pertama yang harus dilakukan untuk mulai menyelesaikannya adalah cari dulu akar masalahnya apa.  Jangan terlalu cepat mengambil satu kesimpulan sebelum mengumpulkan semua informasi yang berkaitan.

Kadangkala masalah itu muncul dari internal diri kita, bisa juga dari eksternal diri kita.  Untuk mengetahui apakah masalah itu muncul dari internal atau eksternal diri, diperlukan kejujuran dan kesadaran serta kejelian dalam merunut masalah yang sedang dihadapi secara merinci.

Dalam kedokteran kita mengenal istilah diagnosa.  Biasanya dilakukan dokter atau tenaga kesehatan untuk mengecek sebab musabab suatu penyakit.  Jika salah diagnosa maka salah pula obatnya.  Ujungnya penyakit bukannya sembuh bisa jadi tambah parah.

Nah diagnosa biasanya bukanlah sebuah kepastian.  Bisa saja salah, bisa juga benar.  Diagnosa akan lebih dekat dengan kebenaran ketika informasi yang diberikan pasien lengkap terkait gejala yang dirasakan dan sebagainya.  Maka mengumpulkan informasi adalah langkah awal penanganan masalah yang benar sebelum mengambil keputusan.

Langkah berikutnya adalah mengendapkan masalah dulu sampai jernih persoalannya.  Sebagaimana air yang bercampur dengan tanah akan terlihat jernih ketika tanahnya sudah mengendap di dasar dan terpisah dengan airnya.

Endapkan masalah dengan mengikhlaskannya.  Mengembalikan masalah kepada Sang Pencipta kita, Allah SWT. Caranya dengan bertaubat menginsafi diri atas segala dosa.  Karena masalah jika dilihat dari sudut pandang aqidah bersumber dari dosa-dosa yang dilakukan hamba.

Syech Hasan Al Basri pernah ditanya langsung oleh tiga orang.  Pada suatu hari, datanglah sekelompok orang ke rumah Hasan Albashri. Mereka bertujuan untuk meminta nasihat kepada al-Hasan perihal berbagai masalah hidup yang mereka hadapi. Di antara mereka, ada yang mengadu perihal kefakiran yang dialaminya. Kondisi ekonominya begitu terpuruk sehingga ia tak mampu menanggung dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sebagian yang lain, menanyakan terkait keinginannya mendapatkan momongan. Mereka telah lama mendamba kehadiran buah hati di dalam kehidupan rumah tangganya, tapi belum juga dikaruniai. Sedangkan, yang lainnya adalah para petani. Ia begitu gamang terhadap bumi yang ditanaminya. Bagaimana tidak, setelah sekian tahun mengolah tanah, tak sekali pun ia menuai hasil yang melimpah.

Malah yang terjadi adalah kerusakan tanaman akibat kekeringan dan tanah yang tandus. Semua pertanyaan dari berbagai orang tersebut dijawab oleh al-Hasan Bashri hanya dengan satu kalimat, Beristigfarlah!. Mendengar semua masalah dijawab dengan istighfar membuat Rabi' bin Shahib pun memberanikan diri untuk bertanya, Wahai Al Hasan, banyak orang yang mendatangimu dengan mengadukan berbagai hal dan meminta (pertolongan) bermacammacam kepadamu.

Tapi mengapa hanya istighfar yang kau jadikan sebagai solusi jalan keluar?" Al Hasan pun terdiam. Lalu, ia hanya membacakan beberapa ayat dari Surah Nuh sebagai berikut: Maka, aku (Nuh) katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah maha pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan kepadamu hujan yang lebat.

Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungaisungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?" (QS Nuh [71]: 10-12). Kisah yang termuat dalam kitab Hasyiyah al-Shawi 'ala Tafsir al-Jalalain karya Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Showy al-Maliki itu, memberi pelajaran penting bahwa beristighfar merupakan solusi dari berbagai permasalahan yang mendera kehidupan kita.

Istighfar sebagai solusi dari berbagai problema hidup dapat dipahami dari beberapa hal. Pertama, beristighfar merupakan sarana untuk meminta ampun atas dosa dan sebagai pembersihan diri. Orang yang menyucikan diri adalah orang yang akan mendapatkan keberuntungan, di antaranya mendapatklan solusi dari problema hidupnya.

Kedua, beristighfar adalah cara untuk melihat kekurangan diri. Ketika kita beristighfar, kita akan melihat dosa dan kesalahan kita. Sebab, makna yang terdapat di dalam istighfar adalah muhasabatunnafsi, yakni mengoreksi berbagai hal terkait dengan kekurangan diri untuk bisa diperbaiki.

Ketiga, beristighfar cara untuk menjaga diri agar tidak mudah tergelincir pada kesalahan dan dosa. Ketika kita selalu beristighfar kita akan hati-hati dalam bertindak dan fokus pada satu titik, yakni bertindak dalam bingkai keridhaan Allah SWT.

Itu semua menjadi jalan bagi orang yang selalu beristighfar mendapatkan solusi dari problema hidupnya karena istighfar menjadi jalan mendapatkan pertolongan, bantuan serta kecintaan Allah SWT. Jika Allah sudah mencintai hamba-Nya, Allah akan selalu menyertainya, melindungi, menolongnya, dan mengijabah doa-doanya yang menjadikan problema hidupnya dapat diatasi dan mendapatkan apa-apa yang menjadi dambaannya.

Terakhir sebagai penguat apa yang telah kami sampaikan di atas.  Kami nukilkan sebuah riwayat dari  Imam Ahmad bin Hanbal dari sahabat Ibnu Abbas Radiyallahu 'anhuma :

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أكْثَرَ مِنَ الاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.

_Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang memperbanyak istighfar maka Allah akan menjadikan untuknya kelapangan dari setiap kegundahan, jalan keluar dari setiap kesempitan, dan Dia memberikan rezeki untuknya dari jalan yang tidak terduga.”_

*Wallahu musta'an*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...