Jumat, 17 Januari 2020

AGAR HIDUP KITA LEBIH BERMAKNA*


_*Oleh : Abu Afra*_

Setiap kita diberikan Allah waktu yang sama dalam sehari yakni 24 jam saja.  Tidak ada yang diberikan lebih ataupun kurang dari itu.

Adapun perbedaan yang terjadi hanyalah pada cara pemanfaatannya saja.  Ada orang yang mampu menggunakan waktunya dengan sangat efektif.  Ada pula yang membuangnya dengan percuma saja.

Padahal sadar ataupun tidak, ketika kita membuang-buang waktu kita sejatinya kita telah menyia-nyiakan umur kita sendiri.

Seringkali kita berpikir bahwa kita punya banyak waktu dalam kehidupan, sehingga detik dan menitnya kita sia-siakan tanpa rasa bersalah. "The biggest mistake in life, is you think you have time." Kamu bisa memilikinya, kamu bisa memakainya, tapi kamu tidak bisa menahannya apabila ia sudah berlalu.

Sebagian Ulama mengatakan  *_Al waqtu huwa al hayaah*_. Bahwa yang namanya waktu itu adalah kehidupan itu sendiri.  Bagaimana cara kita menghabiskannya adalah potret paling jelas tentang bagaimana kita memandang nilainya.

Diriwayatkan oleh Muhammad ibn al-Musayyab ibn Ishaq. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Usia umatku berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit sekali di antara mereka yang melebihi usia tersebut.” Ibnu Arafah (salah seorang perawi hadist ini) mengomentari, “Aku termasuk salah seorang dari yang sedikit itu.” (Shahih Ibni Hibban. Muhammad meriwayatkannya dari Ibnu ‘Arafah, dari al-Muharibi, dari Muhammad ibn `Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah).

Apa yang disampaikan oleh Baginda Rasul SAW adalah sebuah kenyataan.  Sehebat apapun upaya kita melawan kematian, segitulah batas jatah hidup kita di dunia ini.  Sangat singkat dan sebentar saja.

Sementara itu setelahnya ada kehidupan yang sangat lama.  Bahkan saking lamanya tidak bisa dihitung berapa durasinya.  Matematika kita tak mampu menjangkaunya.

Orang yang berakal tentu tak mau gagal dalam hidup yang singkat ini.  Dunia yang kita lalui hari ini adalah penentu keberhasilan atau kegagalan kita nantinya.

Ada banyak pilihan di depan mata kita dalam mengisi waktu-waktu yang masih tersedia.  Akan tetapi orang yang cerdas tentu berfikir sebelum beramal.

Karena begitu terbatasnya usia kita, maka kita harus mampu memilih amal terbaik yang akan mampu menyelamatkan kita kelak.

Inilah konsep Ahsanu 'Amala yang dimaksudkan oleh Allah di dalam kalam-Nya. Mereka yang mampu meraihnya maka sungguh telah meraih permatanya dunia dan surga-Nya.

وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS: Hud [11]: 7).

Pertanyaannya apakah ahsanu 'amala tersebut? tentu jawabannya harus merujuk pada penjelasan para Ulama kita agar kita tak tersesat arahnya.

Fudail bin ‘Iyadl rahimahullahu ta'ala mengatakan bahwa ahsanu ‘amala adalah amalan yang paling ikhlas dan paling benar. (benar di sini maksudnya adalah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

 Lalu beliau menjelaskan kondisi – kondisi amalan yang dilakukan :

1.     Apabila sebuah amalan itu dilakukan dengan ikhlas akan tetapi tidak benar (berlandaskan ilmu/tidak sesuai tuntunan) maka amalan itu tidak akan diterima.

2.     Apabila amalan itu dilakukan berlandaskan ilmu dan sesuai tuntunan akan tetapi tidak ikhlas maka amalan itu juga tidak diterima.

Kemudian beliau menutup penjelasannya dengan membacakan akhir surat al-Kahfi :

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا [الكهف : 110]

“.................. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Pada intinya ahsanu 'amala adalah bagaimana amal perbuatan kita itu bernilai ibadah seluruhnya.

Lantas bagaimana caranya agar seluruh sisi kehidupan ini bernilai ibadah? jawabannya sederhana saja, berpatokanlah pada keridhoan Allah saja.  Dimana keridhoaan Allah itu adanya? tentu di dalam ketaatan kepada-Nya.

Maka bagaimana caranya agar kita bisa senantiasa berada dalam ketaatan itulah amal-amal terbaik sesungguhnya. 

Dalam sistem hidup sekarang untuk melakukan ketaatan secara sempurna bukanlah hal yang mudah.  Karena terlalu banyak celah yang bisa menjerumuskan kita pada kedurhakaan atau kemaksiatan.  Mengapa bisa demikian?karena bukan aturan Tuhan yang sedang diterapkan.

Maka agar kita melakukan ketaatan yang sempurna diperlukan sebuah sistem kehidupan yang mampu mengakomodirnya.  Itulah syariat Islam yang kita idam-idamkan.

Berjuang untuk tegaknya syariat Allah di muka bumi ini merupakan ahsanu 'amala yang sesungguhnya.  Karena itu terlibat di dalamnya adalah keharusan. Menyibukkan dan menghabiskan waktu untuknya adalah sebuah kemuliaan.

Maka jangan sampai kau tertinggal kawan.  Dalam gerbong keselamatan untuk meraih sebaik-baik amalan.

Yuk mari kita bergandengan tangan untuk saling menguatkan dalam jalan perjuangan. Semoga kita terhindar dari segala kerugian besar yang berujung penyesalan.

Terakhir, cukuplah firman Allah Jalla wa 'Ala mengetuk hati-hati kita.  Ketahuilah setiap firman Nya adalah ungkapan kecintaan terhadap hamba-hamba Nya.

Al Qur'an surah Al Ashr ayat 1 - 3 :

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

_“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran_.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

*Barakallahu fiikum*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...