GENDUT BOLEH GAK YA?
Mula Ali Qori mengatakan,
وَأَمَّا مَا وَرَدَ أَنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ السَّمِينَ ;
فَمَحْمَلُهُ إِذَا نَشَأَ عَنْ غَفْلَةٍ وَكَثْرَةِ نِعْمَةٍ حِسِّيَّةٍ كَمَا
يَدُلُّ عَلَيْهِ رِوَايَةُ يُبْغِضُ اللَّحَّامِينَ
“Riwayat yang menunjukkan bahwa Allah membenci orang gemuk,
dipahami jika gemuk ini terjadi karena kelalaian, terlalu banyak menikmati
kenikmatan lahir, sebagaimana yang ditunjukkan dalam riwayat tentang kebencian
bagi orang gendut”. (Jam’ul Wasail fi Syarh as-Syamail, 1/34).
Komentar Umar bin Khattab r.a. terhadap orang
yang Perutnya Buncit
Dalam suatu kisah, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pernah
bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya; “Kenapa perutmu besar
seperti ini (buncit)?“, tanya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. “Ini
karunia dari Allah,” jawab orang tersebut. “Ini bukan berkah, tapi
azab dari Allah!”, seru Umar.
Umar pun melanjutkan: “Hai sekalian manusia, hai sekalian
manusia. Hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan
shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian
secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros,
dan lebih giat beribadah kepada Allah.”
Dalam kisah diatas, Umar mengajak kepada kaum Muslimin untuk
memperhatikan bentuk tubuh agar terhindar dari kegemukan. Karena badan yang
gemuk dapat mendatangkan sifat malas dalam beribadah, mauoun bekerja, serta
dapat mendatangkan berbagai penyakit.
Bentuk Fisik Rasulullah SAW
Ternyata Rasulullah Muhammad SAW adalah suri tauladan dari
segala sisi, termasuk bentuk tubuh. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa
Rasulullah SAW tidak pernah sakit, kecuali hanya 2 kali dalam hidupnya. Bentuk
tubuhnya juga sangat ideal, dada dan perutnya datar, tidak besar dan buncit
perutnya.
Dari Al-Hasan, dari Hindi, ia berkata, “Rasulullah itu
berdada lebar. Antara perut dan dada berukuran sama.” (HR. Ath-Thabarani
dan Az-Zabidi)
Dari Ummu Hani, ia menuturkan, “Saya tidak melihat
bentuk perut Rasulullah kecuali saya ingat lipatan kertas-kertas yang digulung
antara satu dengan yang lain.” (HR. Ath-Thabarani) dalam riwayat lain:
“perutnya bagai batu-batu yang bersusun”
Istilah “batu-batu yang tersusun” kalau pengertian kita sekarang
adalah sispek dan atletis. Jelas dalam riwayat tersebut diketahui bahwa perut
Rasulullah SAW pun tidak buncit.
Gemuk yang tidak tercela
Bagi anda yang memiliki perut yang buncit, badan yang gemuk
namun bukan karena banyak makan dan bermalas-malasan. Tentu tidak termasuk
gemuk yang tercela. Dia tetap menjadi kebaikan, pahlawan bagi umat, dan
berusaha melakukan aktivitas yang bermanfaat. Sebagai bentuk kesyukuran karena
diberikan badan yang kuat serta sehat.
Aisyah menceritakan,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُوتِرُ بِتِسْعِ
رَكَعَاتٍ فَلَمَّا بَدَّنَ وَلَحُمَ صَلَّى سَبْعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan witir 9
rakaat, setelah beliau mulai gemuk dan berdaging, beliau shalat 7 rakaat.
Kemudian shalat 2 rakaat sambil duduk.”(HR. Ahmad 26651 dan
Bukhari 4557)
Karena faktor usia, Rasulullah SAW pun mengalami gemuk dan
badannya mulai berdaging. Namun gemuknya Rasulullah SAW sama sekali tidak
menjauhkannya dari amalan Ibadah, baik wajib maupun Sunnah. Rasulullah SAW
hanya menyesuaikan ibadah sunnahnya sesuai dengan kemampuannya. Yang biasa
melaksanakan Shalat Witir 9 rakaat sambil berdiri, menjadi 7 rakaat dengan
berdiri dan sisanya 2 rakaat dengan duduk. Jumlah rakaatnya tetap, namun 2
rakaat terakhir beliau SAW lakukan dengan cara duduk.
Kesimpulan
Bila badan anda gemuk, dan perut anda buncit. Coba evaluasi diri
apakah pola makan sudah baik (cukup) atau berlebihan yang menyebabkan
kegemukan? Jika makan berlebihan, kurangi dan imbangi dengan memeperbanyak
puasa sunnah dan olahraga. Karena Islam tidak menyukai kegemukan yang
diakibatkan banyak makan dan bermalas-malasan.
Namun jika kegemukan anda tidak karena banyak makan dan tidak
bermalas-malasan, maka kegemukan seperti itu tidaklah termasuk gemuk yang
tercela. Karena yang dinilai negatif adalah sifat berlebihan dalam makan, sifat
malas dalam beribadah dan beraktifitas. Adapun bentuk fisik manusia, Allah
tidak melihatnya selain prestasi ibadah dan nilai taqwa