Selasa, 21 Februari 2017

MENIMBANG KEMBALI STANDAR BENAR & SALAH YANG ANDA YAKINI




Kalau kita perhatikan kondisi bangsa ini saat ini sungguh sangat memprihatinkan sekali.  Begitu banyak masalah yang muncul dan tidak terselesaikan dengan baik, padahal kita punya pemimpin.  Masalah demi masalah seolah tak kunjung musnah.  Bencana terus saja mendera dan seolah menjadi menu harian kaum dhuafa maupun kaum berada.
Ketika kita membuka televisi kemudian menyasikan isi berita hari itu, maka bisa ditebak isinya adalah masalah.  Entah itu kriminalitas yang terus meningkat, bencana di belahan negeri tercinta atau kesenjangan sosial yang merebak dimana-mana. Sungguh ironis.  Akhirnya orang banyak lari ke dunia maya, khususnya sosial media guna membangun dunia baru yang sesuai selera mereka.
Maka laris manislah jejaring sosial, menjamurlah netizen dimana-mana.   Orang bilang dunia maya adalah pelarian orang-orang dari dunia nyata yang sungguh menyasakan dada.  Di satu sisi kita bersyukur dengan hadirnya sosial media ini, menjadi surga di tengah kekacauan realita bagi sebagian kita.  Di satu sisi kita juga bersedih, karena ternyata dunia maya malah menjadi bagian dari penambah masalah baru yang dihadapi masyarakat dunia.
Semakin kesini semakin banyak orang gandrung  dengan dunia maya, hingga akhirnya lupa kalau dia hidup di alam nyata. Maka muncullah sebagian kalangan yang mewanti-wantu agar menjaga jarak dengan dunia maya, agar tidak menjadi candu bagi manusia.  Tapi bermunculan juga seruan untuk terus memanfaatkan kecanduan itu sebagai sarana menghadirkan solusi dan menyadarakan manusia akan pentingnya agama.
Hari ini kita bisa melihat bahwa sebagian manusia ada yang menjadi bagian dari masalah dan ada pula yang berupaya menjadi bagian dari solusi negeri ini.  Namun sayang seribu sayang, kita telah sampai di zaman dimana banyak fakta terbolak-balik.  Kebenaran dianggap kebathilan dan sebaliknya kebathilan dianggap kebenaran.
Kepalsuan merebak dimana-mana, media menjadi corong utama penyebar dusta.  Hingga muncullah sikap apatis disebagian mereka yang mau membuka mata.  Lalu terbentuk perlawanan dengan membuat media tandingan melalui kekuatan dunia maya yang tadinya dianggap musuh manusia.  Sungguh sebuah realita saat ini, ketika sosial media menjadi rival media mapan yang dipenuhi para pendusta.
Belum lagi kalau kita mau berpikir dengan jernih, ternyata Penguasa yang seharusnya menjadi pelayan dan pelindung rakyatnya justru sangat tampak pengkhianatannya.  Menjadi pelindung mereka yang seharusnya diadili dengan seadil-adilnya.  Maka alangkah wajar dengan kondisi seperti ini kemudian masyarakat semakin sadar akan kezholiman yang semakin nyata.  Seolah dipertontokan begitu saja di depan mata mereka.
Hanya orang-orang yang menjadi bagian dari masalah negeri ini yang terus saja membela dan melakukan polesan kebaikan terhadap penguasa.  Menjilat dan membela mati-matian dengan dalil dan dalih yang dicari-cari demi sekerat dunia yang hina.  Mereka hadir sebagai benteng terdepan dalam menghadapi perlawanan masyarakat tertindas yang mulai cerdas.  Musuh utama para dai-dai penyeru yang berkualitas.
Kita perlu waspada dengan manusia-manusia jenis ini, yang begitu cerdasnya memutarbalikan fakta dan realita.  Menyerang kebenaran dengan memoles seindah mungkin laksana sebuah mutiara.  Dan membela kebusukan dengan cara-cara licik sehingga mengelabui mata masyarakat yang tidak terdidik.
Dalam agama kita mereka inilah yang disebut-sebut sebagai kaum munafik.  Manusia paling jahat dengan wajah penuh kamuflase.  Banyak orang yang tertipu dengan mereka karena pandainya mereka bersilat lidah.  Tidak sedikit yang kemudian menjadikan mereka sebagai tokoh panutan dan kemudian mati-matian memusuhi kebenaran.
Oleh karena itu, kita perlu tahu bahwa diantara musuh yang nyata itu ada musuh yang tersembunyi dalam tubuh umat ini.  Penyakit yang berbahaya dan laksana virus yang mematikan.  Mereka ini seperti serigala berbulu domba.  Hanya orang-orang yang diberikan Allah petunjuk yang mampu mengenalinya dengan terang benderang.
Kita akan melihat mereka berjejer dikalangan para Ulama, Intelektual, atau mungkin publik figur yang lain.  Bagi sebagian orang mereka ini laksana mutiara, tapi bagi orang yang memiliki kebenaran dalam dirinya akan sangat terlihat bahwa mereka bukanlah mutiara.  Mereka itu hanyalah batu biasa yang dipoles seperti muiara.
Ketahuilah kawan kenali lawan, agar kita tak salah dalam melangkah.  Sikap kita terhadap suatu kalangan akan menjadi bomerang bagi kita juga.  Keberpihakan kita dengan suatu kubu akan menjadi sesuatu yang sangat membantu.  Sadari kita ini bagian dari umat, yang tentu saja sangat berarti dalam menentukan perubahan.
Kita harus tahu mana yang dinamakan kebenaran dan mana yang dinamakan kebathilan.  Ketahuilah jika sesuatu itu benar, maka yang lain itu adalah salah.  Karena kebenaran itu mutlak adanya.  Keberpihakan kita pada kebenaran adalah jalan yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat, sementara keberpihakan kita terhdap kebathilan adalah jalan yang akan mencelakakan kita di dunia maupun di akhirat.
Pertanyaannya sekarang apakah standar seuatu dikatakan  benar dan salah? Jawaban atas pertanyaan inilah yang harus dimiliki setiap individu yang ingin selamat.  Maka ketahuilah olehmu kawan, standar benar dan salah itu bukan akalmu apalagi nafsumu.  Bukan pula suara mayoritas karena hal itu begitu relatif.
Benar dan salah hanya bisa diketahui dengan mengikuti petunjuk Dzat Yang Maha Benar.  Pencipta Kebenaran itu sendiri, Dia-lah Allah Dzat Yang Maha Membedakan antara yang haq dan yang bathil.  Maka dengan petunjuk dari-Nya lah kita akan tahu tentang benar dan salah.
So, Mulai sekarang pelajarilah petunjuk-Nya. Agar anda tak salah dalam melangkah.
Semoga hidup anda berkah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...