Ada sebuah tempat yang tidak pernah letih menerima jutaan kaki, lirih rindu, dan air mata sambil memeluk keheningan. Tempat itu adalah Tanah Haram Mekah, yang sejak penciptaan langit dan bumi telah dipilih, dilegitimasi oleh Allah, dijaga oleh para Nabi, dan dimuliakan dengan aturan yang tidak bisa diganggu gugat.
Firman Allah yang tersimpan dalam kitab suci, menegaskan keutamaan
Mekah:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا
وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadah) manusia, ialah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
(QS Ali Imran: 96)
Bahkan Nabi Ibrahim AS, bapak para Nabi, pernah memanjatkan doa
yang menyejukkan hati:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي
زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ
أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
(QS Ibrahim: 37)
Tanah Haram—ini bukan hanya soal status geografis, tapi wilayah “sakral” yang Allah sendiri tetapkan haramnya dari penciptaan langit dan bumi. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya kota ini (Mekah) telah diharamkan oleh Allah pada
hari Dia menciptakan langit dan bumi. Maka ia tetap haram dengan kehormatan
dari Allah sampai hari kiamat.”
(HR Bukhari)
Tidak boleh ada buruan ditebas, pohon dipotong, atau manusia dizalimi di dalamnya—zona damai paling suci di muka bumi. Bahkan Nabi menandaskan:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ
مَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا لَا يُقْطَعُ عِضَاهُهَا وَلَا يُصَادُ صَيْدُهَا
“Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Mekah dan aku mengharamkan
Madinah di antara dua bukit hitamnya. Tidak boleh ditebang pepohonannya dan
tidak boleh diburu hewan buruannya.” (HR Muslim)
Di tengah Tanah Haram berdiri Masjidil Haram, jantung spiritual
dunia. Setiap panggilan azan di sana adalah panggilan langit, tak pernah tidur.
Rasulullah ﷺ bersabda mengenai keutamaan salat di
Masjidil Haram:
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا
سِوَاهُ إِلا المَسْجِدَ الحَرَامَ، وَصَلاَةٌ فِي المَسْجِدِ الحَرَامِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلاَةٍ فِي مَسْجِدِي بِمِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ
“Salat di masjidku ini lebih utama dari seribu salat di masjid lain kecuali
Masjidil Haram. Salat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu salat di
masjidku.” (HR Ahmad, Ibnu Majah)
Di sana, setiap lirih doa adalah gema abadi, menembus batas waktu
dan ruang. Umat Islam yang datang ke Mekah sejenak menanggalkan identitas kemewahan
dunia. Tinggal satu status yang berlaku: hamba Allah. Kota yang jam biologisnya
diatur dengan azan, bukan matahari.
Udara Mekah pernah menjadi napas bayi Muhammad ﷺ. Batu-batu di jalannya sudah ribuan tahun menjadi saksi cinta
para pejalan abadi. Mekah adalah kota yang cinta dan doa bertemu, lalu
mengalirkan air zamzam di hati para pencari cinta Ilahi.
Sesungguhnya, menulis tentang Mekah dan Tanah Haram adalah menulis kerinduan yang tak pernah selesai—selalu ada celah bagi kerinduan baru, selalu lahir harapan di tengah-tengah batu dan pasirnya. Mekah adalah panggilan Allah, dan setiap manusia selalu menjadi tamu yang dirindukan-Nya.
اللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا زِيَارَةَ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِكَ
الْحَرَامِ فِي أَحْسَنِ الْحَالِ، وَسَهِّلْ لَنَا طَرِيقَنَا وَارْزُقْنَا
كِفَايَةً مِنَ الرِّزْقِ وَالصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَمَغْفِرَةً مِنْكَ،
وَاجْعَلْهَا زِيَارَةً مَقْبُولَةً بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Allahummarzuqna
ziyarata baitikal haram wa masjidikal haram fi ahsanil haal, wa sahhil lana
tariqana, warzuqna kifayatan minar rizqi was-sihhati wal-‘afiyah, wa
maghfiratan minka, waj’alha ziyaratan maqbulatan birahmatika ya
arhamar-rahimin.
Ya Allah,
karuniakanlah kepada kami rezeki untuk bisa berkunjung ke rumah-Mu yang agung
dan masjid-Mu yang mulia dalam sebaik-baik keadaan, mudahkanlah jalan kami,
berikanlah kecukupan rezeki, kesehatan, dan keselamatan, serta ampunan dari-Mu.
Jadikanlah kunjungan itu sebagai ziarah yang diterima dengan rahmat-Mu, wahai
Maha Penyayang di antara yang penyayang.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar