Oleh : Muhammad Fitrianto, M.Pd
Dalam tradisi pendidikan Islam, metode pembelajaran itu
tidak hanya menekankan hafalan semata, tetapi juga mendalami pemahaman yang
utuh. Salah satu konsep yang kerap diangkat adalah Talaqqiyan Fikriyyan.
Istilah ini memiliki akar bahasa dan makna yang dalam, serta relevansi yang
kuat dengan teori pembelajaran modern, khususnya pembelajaran mendalam ala
Mendikdasmen.
Artikel ini mengulas secara lengkap asal-usul istilah, makna
bahasa, penerapan konsep dalam kitab as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, serta aplikasinya
dalam pendidikan kontemporer.
Etimologi Talaqqiyan Fikriyyan
Talaqqiyan berasal dari
akar kata fi'il madhi تَلَقَّى (talaqqā) yang berarti “menerima” atau “menyerap”.
Kata ini menunjukkan penerimaan yang aktif dan penuh kesadaran, bukan sekadar
mendengar atau menghafal pasif. Dalam bentuk masdar, talaqqiyan menggambarkan
proses aktif menerima ilmu dengan pikiran dan perasaan yang sungguh-sungguh.
Sedangkan Fikriyyan berasal dari kata فِكْر (fikr) yang bermakna “berpikir” atau “pemikiran”.
Dalam bentuk sifat (nisbah), fikriyyan berarti “yang bersifat
pemikiran” atau “berkaitan dengan proses berpikir”. Dengan demikian,
Talaqqiyan Fikriyyan secara bahasa berarti “proses penerimaan ilmu melalui
pemikiran aktif,” yaitu menanamkan ilmu dengan kesadaran berpikir mendalam,
bukan sekadar hafalan mekanis.
Konsep dalam Kitab as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah
Dalam kitab as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah karya Imam Taqiyuddin an-Nabhani, Talaqqiyan Fikriyyan dijelaskan sebagai proses pembelajaran yang melibatkan indera dan akal secara aktif. Murid tidak hanya menerima apa yang disampaikan secara tekstual, tetapi mengaitkan materi dengan fakta nyata yang dapat diindera dan pengetahuan sebelumnya, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi terinternalisasi dan hidup dalam benak. Ini adalah proses transfer ilmu yang menghasilkan pemahaman komprehensif dan sikap yang tercermin dalam kehidupan praktis.
Contoh Kalimat Klasik dengan Fi’il dari Akar Talaqqā
Kata fi'il madhi تَلَقَّى (talaqqā) sering ditemui dalam kalimat-kalimat klasik, contohnya:
- تَلَقَّى
العَالِمُ العِلْمَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ
(Sang alim menerima ilmu
dengan hati yang taat.)
-تَلَقَّى النَّبِيُّ
ﷺ الوَحيَ مِنَ اللهِ بِوُضُوحٍ وَثِقَةٍ
(Nabi ﷺ menerima wahyu dari
Allah dengan jelas dan penuh keyakinan.)
Kedua kalimat ini menegaskan bahwa menerima ilmu adalah suatu proses aktif yang melibatkan kesiapan hati dan pikiran.
Relevansi dengan Pembelajaran Mendalam ala Mendikdasmen
Metode Talaqqiyan Fikriyyan sangat selaras dengan prinsip pembelajaran mendalam (deep learning) yang dianjurkan oleh Mendikdasmen Kemdikbudristek. Pembelajaran mendalam menekankan pemahaman utuh, bukan sekadar hafalan permukaan. Sama seperti Talaqqiyan Fikriyyan, pembelajaran mendalam mendorong siswa untuk memahami materi secara komprehensif, menyusun gambaran mental yang jelas, dan menghubungkan teori dengan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi Akademik dan Penerapan Praktis
Sebuah penelitian di Sekolah Tahfizh Plus (STP) Khoiru Ummah Medan menunjukkan efektivitas Talaqqiyan Fikriyyan dalam membangun kemampuan berpikir kritis dan internalisasi ilmu, terutama pada mata pelajaran Fiqih. Guru menggunakan benda atau situasi nyata sebagai media pengajaran, lalu mengaitkan materi dengan diskusi kasus nyata agar siswa tidak hanya hafal tetapi menghayati makna dan aplikasinya. Konsep Talaqqiyan Fikriyyan juga mendekati teori konstruktivisme dan experiential learning, di mana pembelajaran terjadi melalui pengalaman langsung dan keterlibatan kognitif aktif, bukan penerimaan pasif.
Kesimpulan
Talaqqiyan Fikriyyan bukan sekadar istilah kelas bahasa Arab,
melainkan fondasi metodologis pembelajaran yang menuntut keterlibatan pikiran
dan penghayatan mendalam dalam menerima ilmu. Konsep ini sangat relevan dalam
konteks pendidikan modern yang menuntut kualitas pemahaman, aplikasi, dan
integrasi ilmu ke dalam sikap dan tindakan praktis. Dengan memahami dan
mengaplikasikan metode ini, pendidikan menjadi proses transformasi hidup, bukan
sekadar transfer fakta semata.
Wallahu’musta’an.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar