Sabtu, 11 Oktober 2025

Talaqqiyan Fikriyyan: Asal Usul, Makna Bahasa, dan Relevansi dalam Pembelajaran Mendalam

 Oleh : Muhammad Fitrianto, M.Pd

Dalam tradisi pendidikan Islam, metode pembelajaran itu tidak hanya menekankan hafalan semata, tetapi juga mendalami pemahaman yang utuh. Salah satu konsep yang kerap diangkat adalah Talaqqiyan Fikriyyan. Istilah ini memiliki akar bahasa dan makna yang dalam, serta relevansi yang kuat dengan teori pembelajaran modern, khususnya pembelajaran mendalam ala Mendikdasmen.

Artikel ini mengulas secara lengkap asal-usul istilah, makna bahasa, penerapan konsep dalam kitab as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, serta aplikasinya dalam pendidikan kontemporer.

 Etimologi Talaqqiyan Fikriyyan

Talaqqiyan berasal dari akar kata fi'il madhi تَلَقَّى (talaqqā) yang berarti “menerima” atau “menyerap”. Kata ini menunjukkan penerimaan yang aktif dan penuh kesadaran, bukan sekadar mendengar atau menghafal pasif. Dalam bentuk masdar, talaqqiyan menggambarkan proses aktif menerima ilmu dengan pikiran dan perasaan yang sungguh-sungguh.

Sedangkan Fikriyyan berasal dari kata فِكْر (fikr) yang bermakna “berpikir” atau “pemikiran”. Dalam bentuk sifat (nisbah), fikriyyan berarti “yang bersifat pemikiran” atau “berkaitan dengan proses berpikir”. Dengan demikian, Talaqqiyan Fikriyyan secara bahasa berarti “proses penerimaan ilmu melalui pemikiran aktif,” yaitu menanamkan ilmu dengan kesadaran berpikir mendalam, bukan sekadar hafalan mekanis.

Konsep dalam Kitab as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah

Dalam kitab as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah karya Imam Taqiyuddin an-Nabhani, Talaqqiyan Fikriyyan dijelaskan sebagai proses pembelajaran yang melibatkan indera dan akal secara aktif. Murid tidak hanya menerima apa yang disampaikan secara tekstual, tetapi mengaitkan materi dengan fakta nyata yang dapat diindera dan pengetahuan sebelumnya, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi terinternalisasi dan hidup dalam benak.  Ini adalah proses transfer ilmu yang menghasilkan pemahaman komprehensif dan sikap yang tercermin dalam kehidupan praktis.

Contoh Kalimat Klasik dengan Fi’il dari Akar Talaqqā

 Kata fi'il madhi تَلَقَّى (talaqqā) sering ditemui dalam kalimat-kalimat klasik, contohnya:

- تَلَقَّى العَالِمُ العِلْمَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ 

  (Sang alim menerima ilmu dengan hati yang taat.)

-تَلَقَّى النَّبِيُّ ﷺ الوَحيَ مِنَ اللهِ بِوُضُوحٍ وَثِقَةٍ 

  (Nabi menerima wahyu dari Allah dengan jelas dan penuh keyakinan.)

 Kedua kalimat ini menegaskan bahwa menerima ilmu adalah suatu proses aktif yang melibatkan kesiapan hati dan pikiran.

 Relevansi dengan Pembelajaran Mendalam ala Mendikdasmen

 Metode Talaqqiyan Fikriyyan sangat selaras dengan prinsip pembelajaran mendalam (deep learning) yang dianjurkan oleh Mendikdasmen Kemdikbudristek. Pembelajaran mendalam menekankan pemahaman utuh, bukan sekadar hafalan permukaan. Sama seperti Talaqqiyan Fikriyyan, pembelajaran mendalam mendorong siswa untuk memahami materi secara komprehensif, menyusun gambaran mental yang jelas, dan menghubungkan teori dengan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi Akademik dan Penerapan Praktis

Sebuah penelitian di Sekolah Tahfizh Plus (STP) Khoiru Ummah Medan menunjukkan efektivitas Talaqqiyan Fikriyyan dalam membangun kemampuan berpikir kritis dan internalisasi ilmu, terutama pada mata pelajaran Fiqih. Guru menggunakan benda atau situasi nyata sebagai media pengajaran, lalu mengaitkan materi dengan diskusi kasus nyata agar siswa tidak hanya hafal tetapi menghayati makna dan aplikasinya. Konsep Talaqqiyan Fikriyyan juga mendekati teori konstruktivisme dan experiential learning, di mana pembelajaran terjadi melalui pengalaman langsung dan keterlibatan kognitif aktif, bukan penerimaan pasif.

 Kesimpulan

Talaqqiyan Fikriyyan bukan sekadar istilah kelas bahasa Arab, melainkan fondasi metodologis pembelajaran yang menuntut keterlibatan pikiran dan penghayatan mendalam dalam menerima ilmu. Konsep ini sangat relevan dalam konteks pendidikan modern yang menuntut kualitas pemahaman, aplikasi, dan integrasi ilmu ke dalam sikap dan tindakan praktis. Dengan memahami dan mengaplikasikan metode ini, pendidikan menjadi proses transformasi hidup, bukan sekadar transfer fakta semata. Wallahu’musta’an.

 

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meniti Jalan Hidayah: Dari Adab Dasar Menuju Puncak Kemuliaan

  Oleh  :  Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A., M.Pd Setiap Muslim mendambakan hidayah, cahaya petunjuk dari Allah SWT yang menerangi ja...