Jumat, 17 April 2020

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

*
Oleh  : Abu Afra
t.me/AbuAfraOfficial

Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomongin Islam, ngomongin dakwah.  Orang-orang disekitarnya pun merasakan pancaran semangatnya.

Namun berlalu waktu, semakin menghilang dari orbit dakwah.  Lalu sengaja menjauh dan mencari-cari alasan untuk tidak terlibat dalam perjuangan.

Dakwah tidak lagi menjadi prioritas.  Orientasinya telah berubah pada sesuatu yang lain.  Entah itu bisnisnya, hobinya atau pencapaian duniawiyah lainnya.  Entah sejak kapan dan mulai dimana awalnya.  Yang pasti tema pembicaraannya kini adalah dunia, dunia dan dunia saja.

Perlahan tapi pasti kecenderungan kepada jalan dakwah ini semakin menghilang.  Yang ada justru rasa kering dan hampa.  Amanah-amanah dakwah mulai dilalaikan.

Inilah musibah yang sebenarnya bagi seorang pengemban dakwah.  Ketika dia kehilangan maksud dan tujuan hidupnya.  Terlalaikan oleh dunia dan larut di dalamnya.

Perlahan tapi pasti seluruh kehidupannya juga berubah.  Keluarganya berubah, kesibukannya berubah, dan bahkan pergaulannya pun berubah. Semua mengerucut pada satu hal, yaitu menjauh dari orbit dakwah.

Teringat sebuah taujih dari seorang ulama kharismatik banua, Abah Guru Zuhdi.  Kata beliau, "mau sampai kapan kamu mengejar dunia?" sampai batas mana? biar saya tungguin sekalian".
"Apakah sampai seperti Qarun dan Hamman? Atau seperti Nabi Sulaiman? Atau seperti siapa yang kamu anggap paling sukses di dunia ini? Sampai batas mana? Supaya jelas harus ada batasnya.  Nanti kalo batasnya sudah terlampaui hayo kita belajar agama. Hayo berkomitmen untuk agama.  Tapi sampai kapan?  Sementara ajal semakin dekat dan dunia semakin rusak.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Artinya, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. Al-Hijr [15] ayat 3).

عَنْ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ : خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا (رواه البخاري)

Dari Abdullah (bin Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu. Kemudian beliau juga membuat garis-garis kecil di dalam persegi tadi, di sampingnya (persegi yang digambar Nabi). Dan beliau bersabda, “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajal yang mengelilinginya, dan garis (panjang) yang keluar ini, adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah penghalang-penghalangnya. Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena (garis) yang ini. Jika tidak kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang) tadi, maka dia pasti tertimpa ketuarentaan.” (HR. Bukhari).

Ibnu Hajar menggambar beberapa gambar berbeda dalam menafsirkan gambar yang dibuat oleh Rasulullah SAW.

Dalam menilai gambar yang dibuat oleh Rasulullah tersebut ada perbedaan di kalangan ulama.

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam mensyarahi hadits di atas, membuat beberapa gambar yang masing-masing berbeda.

Angan-angan manusia itu ada dua macam. Pertama, angan-angan yang bisa tercapai, yaitu yang ditunjuki oleh garis-garis yang berada di luar lingkaran yang sekaligus sebagai pembatas. Kedua, angan-angan yang tidak mungkin tercapai, yaitu yang ditunjuki oleh garis yang berada di luar lingkaran (kotak).

Dari keterangan di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa manusia itu hidup didalam keterbatasan. Semua indera dan fungsi tubuhnya yang diberikan oleh Allah serba terbatas kemampuannya.

Namun, cita-cita dan angan-angan manusia itu jauh lebih panjang dari pada ajalnya. Sesuatu yang diangan-angankan itu biasanya tidak akan jauh dari yang namanya harta dan umur panjang. Sudah menjadi fitrahnya bahwa masing-masing manusia memiliki keinginan dan harapan yang selalu didamba-dambakan.

Dengan memiliki harta yang cukup, maka ia akan memikirkan untuk mempergunakannya, walaupun fisik dan mentalnya sudah lemah atau berkurang.

Hadits riwayat Ibnu Majah menyebutkan,

حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ الضَّرِيرُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَيَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ

Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mu’adz Ad Dlarir, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah, dari Qatadah, dari Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Anak Adam akan menua, namun ia masih tetap berjiwa muda dalam dua hal, yaitu rakus terhadap harta kekayaan dan umur yang panjang.”

Walaupun keinginan dan cita-cita seseorang itu telah tercapai, tapi tabiat manusia tidak akan merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya. Maka ia akan mencari dan mencari lagi harapan yang lain.

Pada umumnya, cita-cita dan kegemarannya terhadap harta dan umur panjang ini sampai melampaui batas hingga menjadi lupa dengan adanya kematian yang pasti tapi tidak bisa diduga kapan datangnya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memperingatkan manusia di dalam firman-Nya,

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

Artinya, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai (kamu) masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur [102] ayat 1-2).

Dalam hadits riwayat Muslim dijelaskan,

و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادٍ مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنَّ لَهُ وَادِيًا آخَرَ وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ وَاللَّهُ يَتُوبُ عَلَى مَنْ تَابَ

Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda, “Andai kata anak Adam itu memiliki emas satu lembah, niscaya ingin memiliki satu lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi mulut (hawa nafsu)-nya melainkan tanah (maut). Dan Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat kepada-Nya.”

Oleh karenanya, betapa pun tingginya angan-angan manusia terhadap harta dan kesenangan dunia, namun jangan sekali-kali melupakan satu hal yang pasti, yakni mati.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran [3] ayat 185).

Maka penting bagi kita untuk senantiasa mengingat-ingat kembali tentang uqdatul kubra.  Dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup? dan kemana kita setelah kehidupan ini berakhir?

Tidak kah kita sadar, bahwa kematian itu begitu dekat sementara angan-angan kosong kita tentang dunia ini terus saja melalaikan kita?

_Renungkanlah!_

MERESTART ULANG KEHIDUPAN

* Oleh  : Abu Afra t.me/AbuAfraOfficial Terkadang ada orang yang ketika awal hijrahnya begitu bersemangat.  Dimana-mana selalu ngomong...